Rupiah Menguat di Tengah Sentimen Global Positif, Ditutup di Level Rp16.823 per Dolar AS

Rupiah Menguat di Tengah Sentimen Global Positif, Ditutup di Level Rp16.823 per Dolar AS

Rupiah Menguat di Tengah Sentimen Global Positif, Ditutup di Level Rp16.823 per Dolar AS--

JEKTVNEWS.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan penguatan signifikan pada penutupan perdagangan Kamis, 10 April 2025. Berdasarkan data pasar, rupiah tercatat ditutup di posisi Rp16.823 per dolar AS. Capaian ini menunjukkan kenaikan sebesar 48 poin atau sekitar 0,29 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia melalui Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga mencatat penguatan rupiah, dengan nilai tukar berada di angka Rp16.779 per dolar AS pada sesi perdagangan sore hari. Pergerakan positif rupiah ini memberikan sinyal optimisme pasar terhadap mata uang domestik di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergerak.

BACA JUGA:PLN Klarifikasi Lonjakan Tagihan Listrik Ramadan! Bukan Kenaikan Tarif, Tapi Akhir Diskon Deskripsi Singkat:

Secara umum, performa mata uang di kawasan Asia tercatat bervariasi. Mata uang Thailand, baht, justru mengalami pelemahan sebesar 0,26 persen. Sebaliknya, yuan China mencatat penguatan ringan sebesar 0,04 persen. Peso Filipina menjadi salah satu mata uang dengan performa kuat, menguat hingga 0,6 persen. Yen Jepang pun ikut menguat signifikan sebesar 0,96 persen, diikuti oleh ringgit Malaysia yang naik sebesar 0,67 persen.

Tidak hanya dari kawasan Asia, mata uang negara-negara maju juga menunjukkan kecenderungan menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris tercatat naik sebesar 0,38 persen, sementara euro dari zona Eropa mengalami kenaikan yang lebih tinggi yakni 0,69 persen. Franc Swiss juga menguat secara impresif sebesar 0,78 persen.

BACA JUGA:IHSG Terjun Bebas Usai Libur Lebaran, BEI Aktifkan Trading Halt di Tengah Ancaman Perang Dagang Global

Penguatan rupiah kali ini tidak terlepas dari sentimen positif yang berkembang di pasar global. Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah terjadi karena adanya euforia pasar terhadap langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menunda penerapan tarif tambahan terhadap sejumlah barang impor. Keputusan ini dianggap mampu meredakan ketegangan dagang global yang selama ini menjadi salah satu faktor pemicu fluktuasi nilai tukar mata uang.

Menurut Lukman, pasar merespons dengan positif kebijakan tersebut karena dinilai memberikan waktu lebih panjang bagi dunia usaha dan pelaku pasar global untuk melakukan penyesuaian. Dalam jangka pendek, langkah ini turut menenangkan pasar keuangan dan mendorong aliran modal kembali masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini pun berdampak langsung pada penguatan rupiah.

Meski begitu, para pelaku pasar masih disarankan untuk tetap mewaspadai potensi gejolak ke depan. Ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat, serta dinamika geopolitik dunia, masih menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar dalam waktu dekat. Selain itu, kondisi domestik seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia juga akan menjadi indikator penting dalam menjaga kestabilan rupiah.

BACA JUGA:BRI Raih Penghargaan Global, Brand Value Melonjak di Brand Finance 500

Kinerja positif rupiah pada hari ini diharapkan bisa berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, terlebih jika kondisi eksternal dan internal tetap stabil. Namun, perlu diingat bahwa volatilitas tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari pasar keuangan, sehingga kewaspadaan dan strategi pengelolaan risiko tetap diperlukan bagi pelaku usaha dan investor.

Sumber: