IHSG Terjun Bebas Usai Libur Lebaran, BEI Aktifkan Trading Halt di Tengah Ancaman Perang Dagang Global

IHSG Terjun Bebas Usai Libur Lebaran, BEI Aktifkan Trading Halt di Tengah Ancaman Perang Dagang Global

IHSG Terjun Bebas Usai Libur Lebaran, BEI Aktifkan Trading Halt di Tengah Ancaman Perang Dagang Global--

JEKTVNEWS.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan Selasa pagi, 8 April 2025, dengan kinerja yang sangat mengecewakan. Setelah lebih dari seminggu tutup karena libur panjang Lebaran, IHSG langsung mencatatkan penurunan drastis hingga memicu penghentian sementara perdagangan atau trading halt. Penurunan tajam ini sangat kontras dengan kondisi mayoritas bursa saham di kawasan Asia yang justru mengalami penguatan.

BACA JUGA:Utang Luar Negeri Indonesia Sentuh Rp6.997 Triliun di Januari 2025, BI Pastikan Tetap Terkendali

Pada sesi awal perdagangan, IHSG anjlok ke posisi 5.912,06 atau turun sebesar 9,19%. Penurunan signifikan ini langsung memicu diberlakukannya trading halt oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BEI menghentikan perdagangan selama 30 menit untuk meredam kepanikan pasar. Ketika perdagangan dibuka kembali pada pukul 09.30 WIB, IHSG masih menunjukkan tren negatif dan kembali terperosok 8,1% ke level 5.986,097 pada pukul 09.38 WIB.

BEI menjelaskan bahwa langkah penghentian sementara ini merujuk pada aturan baru yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bursa Nomor Kep-00196/BEI/12-2024. Berdasarkan peraturan tersebut, apabila IHSG turun lebih dari 8% dalam satu hari perdagangan, maka dilakukan trading halt selama 30 menit. Bila penurunan berlanjut dan menyentuh lebih dari 15%, maka trading halt akan kembali diberlakukan untuk jangka waktu yang sama.

BACA JUGA:BRI Raih Penghargaan Global, Brand Value Melonjak di Brand Finance 500

Selain itu, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengumumkan adanya penyesuaian terhadap mekanisme auto rejection. Penyesuaian tersebut menetapkan batas bawah auto rejection menjadi 15% untuk saham-saham di Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru. Ketentuan ini juga berlaku untuk instrumen ETF serta Dana Investasi Real Estat (DIRE) pada seluruh rentang harga.

Sementara itu, kontras dengan IHSG, mayoritas bursa Asia menunjukkan performa positif pada hari yang sama. Pada pukul 09.32 WIB, indeks saham di sejumlah negara Asia tercatat menghijau. Bursa Shanghai mengalami kenaikan sebesar 0,6%, indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 2%, pasar saham Korea Selatan menguat 1,6%, dan indeks Nikkei Jepang bahkan melesat hingga 6,4%. Bursa Malaysia juga menunjukkan penguatan sebesar 0,4%. Namun demikian, bursa saham Singapura Straits Times justru terkoreksi hingga 1,9%.

BACA JUGA:Melalui Media, Sinsen Jambi Perkenalkan Kendaraan Motor Honda Listrik Ramah Lingkungan

Performa buruk IHSG ini diduga kuat merupakan respons pasar terhadap tekanan global yang terjadi selama bursa Indonesia libur panjang. Dalam kurun 28 Maret hingga 7 April, Indonesia tidak ikut serta menyerap gejolak pasar internasional yang telah mengguncang bursa global sejak awal April.

Salah satu penyebab utama tekanan global ini adalah pengumuman kebijakan tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu, 2 April 2025. Trump mengumumkan penerapan tarif rata-rata sebesar 10% dan tarif resiprokal tergantung pada negara asal barang. Langkah ini memicu kekhawatiran serius di kalangan pelaku pasar akan kembalinya tensi perang dagang antara AS dan mitra dagangnya, terutama China.

China pun merespons keras dengan rencana pemberlakuan tarif balasan, yang semakin memperkeruh sentimen investor global. Potensi memanasnya kembali konflik perdagangan membuat investor khawatir akan dampak resesi yang mungkin terjadi, sehingga memicu aksi jual di pasar keuangan.

BACA JUGA:Dapatkan Honda Supra GTR150 dengan Harga Terjangkau di Jambi

Situasi ini menjadi pukulan berat bagi IHSG yang baru kembali beroperasi setelah cuti Lebaran. Ketidakpastian global langsung dirasakan pasar domestik yang belum sempat melakukan penyesuaian secara bertahap terhadap perkembangan ekonomi internasional. Akibatnya, sentimen negatif mendominasi perdagangan, dan IHSG pun tak mampu menahan tekanan jual besar-besaran dari investor.

Dengan kondisi yang penuh tantangan ini, para pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan mengikuti perkembangan kebijakan serta dinamika global yang bisa berdampak signifikan pada pasar saham Indonesia dalam waktu dekat.

Sumber: