Garuda Muda di Jalan Terjal, Menantang Korea Selatan demi Tiket Piala Asia U‑23 2026

--
JEKTVNEWS.COM- Kegembiraan pendukung sepak bola Indonesia pasca‑euforia Piala Asia U‑23 2024 kini berubah menjadi adrenalin baru. Timnas Indonesia U‑23, yang dua tahun lalu menembus semifinal dan hampir saja meraih tiket Olimpiade, harus kembali memanjat tebing tinggi bernama “kualifikasi.” Bedanya, tahun ini treknya jauh lebih curam. Undian AFC menempatkan Garuda Muda di Grup J bersama Korea Selatan, Makau, dan Laos. Singkatnya, tak ada ruang tersandung bila Marselino Ferdinan dkk. ingin terbang menuju putaran final di Arab Saudi, Januari 2026.
BACA JUGA:Gengsi Global di Negeri Paman Sam, Jadwal Lengkap dan Drama Dingin Piala Dunia Antarklub 2025!
Perbandingan paling tampak adalah edisi 2024. Ketika itu Indonesia “hanya” bersua Taiwan dan Turkmenistan; hasilnya dua kemenangan mulus 9‑0 dan 2‑0. Namun, statistik manis itu kini tinggal nostalgia. Korea Selatan adalah pelanggan tetap turnamen elite usia muda di Asia, bahkan dunia. Taegeuk Warriors U‑23 belum pernah absen sejak format Piala Asia U‑23 digulirkan, dan tiga kali menyabet predikat semifinalis. Pengamat sepak bola Rasiman sampai menyebut duel kontra Korsel sebagai “ujian kenaikan kelas” bagi generasi emas Garuda Muda.
Tak berhenti di situ. Format kompetisi tetap sama: 44 tim dibagi ke 11 grup, hanya juara grup yang lolos otomatis plus empat runner‑up terbaik. Itu berarti setiap gol berarti segalanya—bahkan melawan Makau dan Laos yang di atas kertas masih di bawah Indonesia.
Satu bonus sekaligus beban ialah status tuan rumah. Selama 1–9 September 2025, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dan kemungkinan Stadion Patriot Candrabhaga akan bergemuruh. Aura “rumah sendiri” sempat terbukti ampuh saat AFF 2022 dan Piala Dunia U‑17 2023. Namun, harapan juga bisa berubah menjadi tekanan—terutama bila hasil laga pertama tak sesuai skenario.
BACA JUGA:Mental Goyah di Manila, Menyingkap Kekalahan Voli Putri Indonesia dari Kazakhstan
Di bawah pelatih Shin Tae‑yong, skuad Indonesia dikenal mengandalkan pressing tinggi dan pergantian formasi dinamis 3‑4‑3 atau 4‑2‑3‑1. Tantangan terbesarnya adalah menjaga intensitas di tengah padatnya kalender. Mari ingat: selisih waktu antara AFF U‑23 Juli dan kualifikasi Asia U‑23 September hanya enam pekan.
Turnamen ASEAN Football Federation (AFF) U‑23 2025 digelar di Indonesia pada 15–29 Juli 2025. Garuda Muda berada di Grup A bersama Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. Kompetisi regional ini bak laboratorium terbuka. Bukan hanya untuk mengecek kedalaman skuad—apakah duet Nathan Tjoe‑A‑On dan Justin Hubner tetap solid—tetapi juga mengukur suasana stadion, jalur logistik, hingga pola rotasi pemain.
Malaysia, rival klasik, punya rekor menghentikan langkah Indonesia di semifinal SEA Games 2022. Filipina dan Brunei mungkin dianggap underdog, namun eksperimen taktik kerap terjadi di turnamen berlabel AFF. Jika Shin ingin mencoba formasi tiga bek atau menempatkan Ivar Jenner sebagai deep‑lying playmaker, inilah panggungnya.
BACA JUGA:Bentrok dengan Samurai Biru: Penyelamatan Garuda di GBK, Tayang di Mana dan Jam Berapa?
Korea Selatan U‑23
Korsel selalu tampil disiplin. Garuda Muda harus mewaspadai duo penyerang Kim Yong‑hak (Shijiazhuang) dan Jeong Sang‑bin (Minnesota United) yang kaya pengalaman Eropa‑MLS. Kelebihan fisik dan ketepatan passing cepat menjadi signature style mereka.
Makau U‑23
Meski peringkat FIFA mereka jauh, Makau dikenal gigih bertahan dengan blok rendah 5‑4‑1. Pada kualifikasi 2024, Makau hanya kebobolan empat gol dari dua laga meski akhirnya kalah. Kunci menghadapi mereka adalah kreativitas sayap—figura semacam Pratama Arhan dengan lemparan jauh dan overlaps eksplosif —untuk meretakkan lini belakang rapat.
Laos U‑23
Laos sering bermain terbuka. Saat AFF U‑23 2023, mereka sanggup menahan Thailand satu babak sebelum akhirnya tumbang. Sisi kanan menjadi titik lemah; penetrasi cepat Ronaldo Kwateh dapat dimaksimalkan di sini.
Dengan hanya empat “runner‑up terbaik” yang lolos, selisih gol berpotensi sekrusial poin. Artinya, menghadapi Makau dan Laos, Garuda Muda tidak cukup menang—mereka harus menang telak. Indikator minimal +6 gol di dua pertandingan non‑Korsel bisa menjadi penentu.
Sumber: