Guru Besar UIN Jakarta: Puasa Ramadan Untuk Meningkatkan Ketakwaan dan Toleransi
Guru Besar UIN Jakarta-baktihuria-
jektvnew.com - Tiba saatnya kita memasuki bulan ramadan, ibadah puasa yang menjadi rukun Islam keempat dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di dunia. Puasa yang telah menjadi kewajiban di tiap Ramadhan diharapkan dapat membentuk pribadi menjadi lebih baik lagi.
Puasa di bulan Ramadan dalam perspektif Islam seringkali dikaitkan dengan momentum pembelajaran untuk mengendalikan hawa nafsu manusia.
Banyak hal yang sebenarnya halal untuk dikerjakan seperti makan dan minum, namun ketika berpuasa hal tersebut dilarang untuk dilakukan.
BACA JUGA:Soal Piala Dunia U-20, Erick Thohir Jalankan Tugas dari Presiden Jokowi
Prof Dr Andi M Faisal Bakti selaku Guru Besar di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta menyampaikan bahwa ketika umat manusia bisa mengendalikan diri dari hal yang sebenarnya halal di luar bulan puasa. Tentunya kita umat pula mengendalikan nafsu dari hal yang diharamkan agama.
“Makna puasa dari bahasa Arab ada dua kata, ada asshiyam, ada asshoum. Maksudnya adalah menahan diri sifatnya fisik, seperti makan, minum, hubungan suami-istri, apalagi yang tidak suami-istri, itu pasti dilarang. Menahan diri ini juga ada yang sifatnya non-fisik, seperti mengontrol nafsu makan dan nafsu untuk marah,” ucapnya.
BACA JUGA:Langsung Mengonsumsi Makanan Berat Ketika Berbuka Puasa Tidak Dianjurkan. Ini Alasannya
Prof Andi juga menjelaskan bahwa nafsu bisa berupa ketertarikan terhadap hal-hal yang sifatnya abstrak. Nafsu perlu dikendalikan agar tidak terjebak pada perbuatan buruk seperti mencela atau mengungkit kesalahan orang lain.
Ibadah puasa merupakan kunci dalam membangun manusia yang kokoh kepribadiannya sehingga ia bisa sabar dan memaafkan orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran bahwa umat diperintahkan ber puasa itu agar menjadi orang yang bertakwa.
BACA JUGA:Begini Cara Menambah Cuan Saat Di Bulan Ramadan, Simak 8 Tips Jualan kuliner Online Saat Ramadan
Peraih gelar doktoral dari McGill University of Canada ini juga berpesan tentang pentingnya menjaga toleransi di bulan Ramadan. Toleransi bisa berupa ketika kita bisa mengedepankan prasangka baik terhadap orang lain. Membangun toleransi perlu dilakukan baik dari yang ber puasa kepada yang tidak, begitu juga sebaliknya.
“Kita harus membangun toleransi pada saudara kita yang ber puasa, jadi jangan kita tunjukkan di depan dia ketika kita makan. Sebaliknya, orang yang ber puasa juga harus mengetahui bahwa ada orang yang tidak puasa dan perlu difasilitasi," ujarnya.
"Misalnya seorang musafir atau orang yang sedang sakit. Di kota-kota besar seharusnya ada rumah makan yang tetap buka sehingga bisa melayani orang-orang yang tidak ber puasa, selama tidak dilakukan di tempat terbuka,” lanjutnya.
BACA JUGA:Sosok Aktivis ini Terang-Terangan Minta Indonesia Tolak Timnas Israel Datang Saat Piala Dunia
Sumber: