Memahami Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat untuk Menentukan Puasa Ramadan 1444 Hijriah
Ilustrasi Metode Melihat Hilal-Nu-
Jektvnews.com - Dalam Menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriah, utamanya terhadap bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti Ramadhan, Syawwal, dan Zulhijjah. Kedua metode tersebut adalah rukyah dan hisab.
Lalu bagaimana menentukan awal bulan hijriah ini?
BACA JUGA:Menyambut Ramadan 1444 Hijriah, Doa Ketika Melihat Hilal
Dilansir dari keterangan “Informasi Hilal Awal Ramadhan 1444 H 29 Sya’ban 1444 hijriah / 22 Maret 2023 di Indonesia” keluaran Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), hisab menjadi salah satu dasar penentuan bulan baru dalam tahun Qamariyah.
Hisab merupakan metode falak hitungan numerik-matematik yang digunakan untuk menetapkan awal bulan Hijriyah tanpa verifikasi faktual atau rukyah hilal.
BACA JUGA:Berikut Bacaan Niat Puasa Selama Satu Bulan Penuh
Metode falak ini bermakna sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif.
Thomas Djamaluddin yang merupakan Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, mengatakan bahwa dalam prakteknya, hisab yang dianggap akurat bergantung pada pilihan kriterianya.
BACA JUGA:Panglima dan Kapolri Prioritaskan Keselamatan Pilot Susi Air yang Disandera KKB
Titik temu yang ditawarkan secara astronomi adalah kriteria imkan rukyat (kemungkinan bisa dirukyat) atau visibilitas hilal (keterlihatan hilal).
Kriteria imkan rukyat sesungguhnya adalah kriteria hisab berdasarkan data rukyat jangka panjang. Bagi pengamal hisab, kriteria itu menjadi dasar pembuatan kalender. Jadi, kedua pihak dirangkul dengan kriteria yang sama.
BACA JUGA:Rekomendasi Kue Bolu Gulung Sebagai Sajian di Bulan Ramadan
Sementara itu, rukyatul hilal merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal.
Hilal merupakan lengkungan bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati.
Sumber: