Dampak Buruk Perkataan Toxic terhadap Kesehatan Mental dan Hubungan Sosial

Dampak Buruk Perkataan Toxic terhadap Kesehatan Mental dan Hubungan Sosial

Dampak Buruk Perkataan Toxic terhadap Kesehatan Mental dan Hubungan Sosial-Shutterstock-

JEKTVNEWS.COM- Perkataan yang toxic atau beracun, dapat merujuk pada kata-kata atau ungkapan yang menyakiti, merendahkan, atau mempengaruhi secara negatif orang lain. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perkataan yang tidak hanya sekadar kasar atau tidak sopan, tetapi juga memiliki dampak psikologis yang merusak hubungan antarindividu.

Perkataan yang toxic dapat datang dalam bentuk kritik yang berlebihan, hinaan, sindiran pedas, atau bahkan kebohongan yang dirancang untuk merusak reputasi seseorang. Meskipun sering kali tidak disadari oleh pelakunya, perkataan semacam ini memiliki potensi untuk meninggalkan bekas yang mendalam, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial.

Dampak dari perkataan yang toxic sangat besar bagi kesehatan mental seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa kata-kata yang menyakitkan atau merendahkan dapat meningkatkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi pada individu yang menerimanya.

BACA JUGA:Kebiasaan Menunda-Nunda, Kenapa Kita Suka Menunda-nunda?

Dikutip dalam sebuah jurnal oleh Smith dan kolega (2020), kata-kata yang merendahkan diri atau menghina seseorang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental mereka, bahkan menyebabkan gangguan psikologis yang lebih dalam jika tidak ditangani.

Ketika seseorang terus-menerus menerima perkataan yang merendahkan atau menghina, mereka bisa mulai meragukan diri mereka sendiri, kehilangan rasa percaya diri, bahkan merasa tidak berharga.

Dalam beberapa kasus, perkataan toxic dapat memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada, seperti trauma atau gangguan kecemasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyadari dampak kata-kata yang kita ucapkan terhadap orang lain.

Menghindari penggunaan perkataan toxic memerlukan kesadaran diri dan empati. Sebelum berbicara, kita perlu mempertimbangkan apakah kata-kata yang akan kita ucapkan dapat menyakiti perasaan orang lain atau tidak. Berhenti sejenak untuk merenungkan tujuan kita dalam berkomunikasi bisa membantu menghindari ucapan yang merugikan.

BACA JUGA:Krisis Identitas dalam Generasi Milenial: Antara Kebutuhan Pribadi dan Ekspektasi Sosial

Menggunakan kata-kata yang mendukung dan membangun juga merupakan langkah yang sangat penting untuk menjaga hubungan tetap sehat. Ketika kita memberikan umpan balik atau kritik, lebih baik menyampaikan dengan cara yang konstruktif, bukan dengan sindiran atau hujatan.

Dikutip dalam jurnal komunikasi oleh Jones (2021), berlatih komunikasi yang empatik dapat mengurangi konflik dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis. Dengan berlatih komunikasi yang empatik, kita tidak hanya membantu orang lain berkembang, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung.

Namun, tidak jarang kita juga harus menghadapi perkataan toxic dari orang lain. Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk menjaga batasan dan merespons dengan cara yang sehat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan tidak merespons secara emosional, sehingga kita tidak terbawa oleh perkataan tersebut.

Jika situasinya memungkinkan, berbicara dengan orang yang menggunakan kata-kata toksik bisa menjadi langkah yang baik. Dengan cara yang tenang dan jujur, kita dapat mengungkapkan bagaimana perkataan mereka mempengaruhi kita, serta menjelaskan betapa pentingnya komunikasi yang penuh rasa hormat.

BACA JUGA:Kandungan Berbagai Manfaat Kunyit Ternyata juga Harus di Hindari Termasuk Program Hamil

Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua memiliki tanggung jawab untuk berhati-hati dalam memilih kata-kata. Perkataan yang kita ucapkan dapat membangun atau menghancurkan, menciptakan suasana yang mendukung atau merusak.

Oleh karena itu, mari kita lebih bijaksana dalam berbicara, dengan kesadaran bahwa setiap kata memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dunia di sekitar kita. Dengan menghindari perkataan yang toxic, kita bisa berkontribusi pada terciptanya lingkungan sosial yang lebih sehat, penuh empati, dan saling mendukung.

Sumber: