Minyak Melonjak Lebih dari 2 Persen Akibat Serangan di Laut Merah dan Harapan Penurunan Suku Bunga AS
Minyak Melonjak Lebih dari 2 Persen Akibat Serangan di Laut Merah dan Harapan Penurunan Suku Bunga AS--
JEKTVNEWS.COM - Harga minyak mengalami lonjakan lebih dari 2 persen pada perdagangan Rabu (27/12). Minyak mentah Brent berjangka melonjak 2,5 persen menjadi US Dollar 81,07 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,7 persen menjadi US Dollar 75,57 per barel. Kenaikan ini dipicu oleh serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan harapan penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS). Serangan lanjutan terhadap kapal di Laut Merah, yang diakui bertanggung jawab oleh milisi Houthi Yaman yang didukung Iran, menyebabkan kekhawatiran akan gangguan pengiriman pasokan minyak. Analis dari Again Capital LLC, John Kilduff, menyatakan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan transit minyak dan barang lainnya.
BACA JUGA:Rupiah Berkilau di Posisi Rp15.419 per Dolar AS, Mata Uang Asia Varian
Pada Selasa lalu, milisi Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap sebuah kapal kontainer di Laut Merah sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas di Palestina yang sedang berkonflik dengan Israel. Sebagai respons, Israel menyatakan melakukan pembalasan di Irak, Yaman, dan Iran, serta memastikan bahwa perang melawan Hamas di Gaza kemungkinan akan berlangsung berbulan-bulan. Meskipun terdapat kekhawatiran terkait Timur Tengah dan perubahan rute kapal, pasokan minyak sejauh ini belum terpengaruh secara signifikan. Sementara itu, harapan akan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) juga turut mempengaruhi kenaikan harga minyak.
BACA JUGA:PLN Beri Kado Manis, Promo Tambah Daya dengan Token Rp50 Ribu!
Proyeksi penurunan suku bunga oleh The Fed di tahun mendatang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga minyak. Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi biaya pinjaman konsumen dan berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya dua faktor tersebut, yaitu ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan harapan penurunan suku bunga AS, pasar minyak mengalami fluktuasi yang signifikan menjelang akhir tahun 2023.
Sumber: