Wuhan Bagai Kota Mati, Pelajar Indonesia Mohon Dievakuasi
Sedikitnya tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan, kota di bagian tengah China yang sedang dilanda wabah virus corona, memohon kepada pemerintah untuk segera dievakuasi.
Dalam pesan video yang dikirim ke VOA beberapa saat lalu, tiga mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Central China Normal University, di Wuhan, mengatakan mereka semakin khawatir melihat penyebaran virus corona secara masif dan melonjaknya jumlah korban tewas.
“Wuhan bagai kota mati. Sejak pagi kami melihat ambulans mondar-mandir membawa pasien,” ujar Yuliannova kepada VOA, Rabu (29/1/2020) pagi. Ia merekam situasi terkini di kota Wuhan dari salah satu jendela kamar asramanya.
"Kita semua tahu ada banyak orang Indonesia disini dan tidak mudah mengeluarkan orang Indonesia dari Wuhan. Tetapi kami mohon pemerintah Indonesia hadir, melakukan diskusi yang intensif dengan pemerintah China supaya kami dapat dipulangkan," tambahnya.
Sementara Gerard yang berbicara dengan lirih mengatakan sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa karena yang diinginkannya saat ini hanya segera kembali ke tanah air.
“Kami jujur tidak tahu harus bilang apa lagi, tapi kami sangat ingin segera dapat dievakuasi dan kembali ke tanah air Indonesia,” ujarnya.
Korban Virus Corona Melonjak Jadi 132 Orang
Hingga laporan ini disampaikan jumlah korban meninggal akibat virus corona ini sudah mencapai 132 orang, sementara hampir 6.000 lainnya dinyatakan positif tertular.
Ada 102 warga negara Indonesia di kota pelajar ini, sebagian besar adalah mahasiswa.
Hal senada disampaikan Eva, nama panggilan Patmawaty Taibe, mahasiswa Psikologi berusia 36 tahun, dan Gerard Ertandy, mahasiswa Hubungan Internasional berusia 24 tahun.
“Kami tahu dan paham benar bahwa proses evakuasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi kami percaya, segala proses sudah dilalui pemerintah Indonesia untuk memulangkan kami ke tanah air. Kami menunggu kabar baik dari pemerintah Indonesia,” ujar Eva.
Yuli mengakui sudah mendapatkan bantuan dana dari KBRI di Beijing untuk mencukupi kebutuhan mereka selama satu minggu ke depan, tetapi belum dapat memanfaatkannya untuk membeli kebutuhan sembako dan obat-obatan karena seluruh toko, apotik dan fasilitas umum tutup.
“Ada masker dari kampus untuk bertahan, tapi terlalu tipis. Bukan masker yang disarankan untuk virus itu. Makanya kami pakai dobel. Teman-teman sekarang juga mulai susah cari obat karena apotik banyak yang tutup," ujar Yuli.
Selain itu, kata Yuli, masker juga sudah habis terjual, sedangkan karena dalam status isolasi atau lockdown, tidak ada yang masuk dan keluar Wuhan.
Sumber: