Ini Penyebab Sriwijaya Air Jatuh Menurut Analis, Ada Kaitan Hentakan Pesawat ke Bawah

Ini Penyebab Sriwijaya Air Jatuh Menurut Analis, Ada Kaitan Hentakan Pesawat ke Bawah

Kecepatan 358 knots ini adalah kecepatan tertinggi yang tercatat dalam penerbangan terakhir Sriwijaya SJ-182 itu.

Dari data-data ini dapat disimpulkan bahwa pesawat kehilangan ketinggian secara signifikan hanya dalam 19 detik dari ketinggian 10.725 kaki menuju 250 kaki.

“Kehilangan ketinggian secara signifikan dalam waktu yang sangat singkat adalah tanda-tanda fenomena downdraft. Ini sangat fatal,” ungkap John Brata yang pernah bertugas sebagai penerbang di Marinir dan Polri.

Sementara Informasi dihimpun Pojoksatu.id, dibanding turbulensi, ada gejala yang lebih berbahaya dalam dunia penerbangan yakni downdraft dan updraft.

Downdraft adalah hentakan ke bawah, sementara updraft adalah hentakan ke atas.

Kedua gejala ini merupakan dampak dari turbulensi.

Bayangkan ketika Anda sedang dalam penerbangan, kemudian pesawat seakan jatuh selama beberapa saat sebelum kembali normal. Itulah downdraft.

Namun, downdraft dan updraft tidak bisa diidentifikasikan sebagai gejala pesawat jatuh meski cukup berbahaya bagi penumpang.

Sementara itu situasi terkini di lapangan, tim gabungan berhasil mengevakuasi turbin pesawat Sriwijaya Air SJ182. Turbin itu dibawa ke Pelabuhan JICT II menggunakan KRI Cucut.

Turbin tiba di Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (10/1/2021) pukul 22.10 WIB. Komandan KRI Cucut, Mayor Laut Orri Ronsumbre, mengatakan turbin ditemukan di sekitar KRI Rigel.

“Turbin ini ditemukan di sekitar KRI Rigel dengan sonar 3 dimensi,” kata Orri, dalam keterangan tertulisnya.

Selanjutnya, turbin tersebut diserahkan kepada Direktur Operasi Basarnas, Brigjen TNI (Mar) Rasman selaku SAR Mission Coordinator (SMC). SMC kemudian menyerahkan semua ke KNKT untuk penyelidikan lebih lanjut.

Sumber: www.pojoksatu.id

Sumber: