Berkebun Hidroponik Di Tengah Kondisi Pandemi; Bakti Universitas Jambi Untuk Masyarakat Jambi

Berkebun Hidroponik Di Tengah Kondisi Pandemi; Bakti Universitas Jambi Untuk Masyarakat Jambi

Oleh. Ir Ardiyaningsih Puji Lestari, M.P

JAMBI-Saat ini, dunia sedang mengalami masa-masa sulit dalam menghadapi Virus Corona. Banyak hal yang harus dan wajib dilakukan oleh masyarakat atas anjuran pemerintah sehingga virus ini dapat cepat tertanggulangi. Salah satu yang harus dilakukan adalah masyarakat wajib ada di rumah saja (stay at home). Jika memang tidak ada kepentingan mndesak yang harus dilakukan di luar rumah, maka wajib hukumnya harus di rumah saja. Namun, masalah lain yang muncul adalah banyak orang melanggar anjuran pemerintah tersebut karena merasa bosan di rumah karena tidak melakukan kegiatan apapun.  

 Kegiatan berkebun akhir-akhir ini menjadi kegiatan yang kembali digemari oleh masyarakat. Sayangnya, seiring berkembangnya teknologi dan perekonomian di perkotaan, membuat kawasan perkotaan semakin berkembang pesat dan terus membutuhkan lahan untuk berbagai kegunaan, seperti perkantoran, fasilitas umum, dan perumahan. Efek dari pesatnya perkembangan kota, tanah-tanah menjadi sangat mahal untuk tiap meternya. Oleh sebab itu, khusus untuk komplek perumahan, developer perumahan di perkotaan sering menyiasati dengan meminimalkan luas tanah perumahan. Akibatnya, masyarakat memiliki keterbatasan untuk melakukan banyak hal, terutama untuk bercocok tanam.

Salah satu teknik tanam yang paling familiar adalah teknik tanam hidroponik. Secara harfiah, Hidroponik berasal dari kata Hydro=air dan Phonic= pengerjaan. Maka, secara umum, hidroponik adalah sistem budi daya pertanian yang tidak menggunakan tanah melainkan menggunakan air yang berisi larutan nutrien. Sistem pertanian hidroponik memiliki banyak keunggulan, diantaranya tingkat keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih tinggi, perawatannya lebih praktis dan keberadaan hama lebih terkontrol, efisien dalam penggunaan pupuk, lebih mudah dalam penggantian tanaman yang rusak, tidak membutuhkan banyak tenaga kasar dalam pengelolaannya, hasil produksi lebih berkelanjutan dan lebih banyak, beberapa tanaman tidak bergantung musim, dan tidak memiliki risiko erosi, kebanjiran, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alat, dan dapat dikembangkan dengan ruang terbatas (Syamsuroida, 2014).

Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, rasanya kegiatan hidroponik ini sangat bagus dilakukan di masa-masa pandemik ini. Jika masayarakat ingin melaksanakan kegiatan hidroponik ini, langkah yang harus dilakukan adalah melubangi pipa paralon sebesar diameter net pot. Jika paralon memiliki ukuran yang lumayan panjang, beri jarak antar lubang yang satu dengan yang lain sebesar 15 cm. Gunanya agar tanaman bisa tumbuh dengan bebas tanpa harus desak-desakkan. Langkah kedua adalah menutup kedua ujung paralon dengan tutup khusus paralon. Atau jika tidak ada tutup khusus paralon, bisa juga menggunakan plastik. Tutup rapat hingga air tidak bocor.

Isi paralon dengan air. Tambahkan nutrisi khusus tanaman hidroponik. Air yang diisi jangan terlalu penuh, nanti bisa meluap saat net pot dimasukkan ke dalam lubang pipa.

Tanam tanaman ke dalam cup menggunakan media tanam. Masukkan netpot ke dalam lubang yang sudha dibuat. Pastikan ujung net tanaman tidka masuk ke dalam lubang paralon, agar tidka tenggelam. Langkah yang juga penting adalah mengecek volume air secara berkala. Jika air sudah berkurang, tambahkan lagi. Periksa juga akar tanaman secara berkala. Jika akarnya sudah terlalu lebat, akarnya bisa digunting sedikit demi sedikit. Kegiatan bertanam hidroponik ini sangat menyenangkan dilakukan kala harus di rumah saja. Di samping itu, bisa menjadi sumber pangan keluarga yang sehat.

Dalam satu lajur tanaman hidroponik, dapat menghasilkan 1000-1500 gram sayuran. Artinya, dalam satu perangkat hidroponik yang memiliki 6 lajur tanaman, tanaman yang bisa dipanen dalam jangka waktu 1,5 bulan adalah 6 kg-9 kg tanaman hidroponik segar. Jika kita melakukan perhitungan angka keuntungan, maka jika harga selada organik Rp 110.000,-/kg, maka hanya dalam waktu 1,5 bulan satu perangkat hidroponik mampu memberikan penghasilan Rp660.000-Rp990.000,-. Wah, sangat lumayan bukan?

Kegiatan hidroponik ini telah kami sosialisasikan kepada masayarakat di kompleks perumahan Arza Griya Mandiri I Mendalo Indah Jaluko Muaro Jambi. Masyarakat sangat antusias untuk belajar hidroponik. Mereka meganggap ini adalah ilmu baru untuk mereka. Sebenarnya, mereka telah mengenal hidroponik namun mereka tidak mengetahui dengan pasti langkah-langkah yang harus dilakukan dan belum memiliki peralatan yang digunakan untuk membuat sistem hidroponik tersebut. Adanya kegiatan pelatihan ini sangat membantu mereka dan mereka berharap kedepannya ilmu ini dapat menjadi aktivitas positif di kala pandemik dan lebih jauh lagi semoga nantinya bisa menopang ketahanan pangan dan pemasukan tambahan untuk masyarakat.

Sumber: