Pilkada untuk Bangun Optimisme Publik

Pilkada untuk Bangun Optimisme Publik

JAKARTA – Masyarakat Sipil Pegiat Pemilu meyakini Pilkada Serentak 2020 penting untuk tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020. Semua pihak mesti ikut menyukseskan Pilkada serentak di 270 daerah. Karena Pilkada merupakan momentum solidaritas politik untuk kebangkitan nasional melawan pandemi COVID-19.

Gabungan masyarakat sipil pegiat Pemilu yang peduli terhadap pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di tengah pandemi COVID-19 melaunching Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pilkada Sehat. Kesembilan lembaga tersebut di antaranya LIMA, JPPR, Tepi Indonesia, SPD, Exposit Strategic, FORMAPPI, Puskapol UI, KIPP, dan PARA Syndicate.

“Pilkada sehat ini memang ingin menegaskan bahwa kita bisa menjalankan Pilkada berkualitas yang demokratis meskipun dalam situasi pandemi Covid,” ujar Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI Indonesia) Jeirry Sumampouw di Jakarta, Sabtu (15/8).

Melalui Pilkada Sehat ini, lanjut Jeirry, dirinya bersama rekan-rekan ingin membangun optimisme publik bahwa bangsa Indonesia tetap bisa menjalankan agenda demokrasi secara sehat, dan menghilangkan kekhawatiran masyarakat pada tahapan Pilkada yang akan dilaksanakan.

“Kita berharap dengan launching “Pilkada Sehat” ini kita akan membangun optimisme publik secara bersama-sama untuk meningkatkan partisipasi dalam proses pelaksanaan Pilkada Tahun 2020,” terangnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Sindikasi Pemilu dan Demokrasi August Mellaz menyebutkan pada Tahun 2020 tercatat 75-80 negara yang melaksanakan Pemilu. Baik di tingkat lokal maupun nasional. Memang terdapat beberapa negara yang melakukan penundaan.

“Misalnya Singapura yang ditunda sampai 2021. Tetapi sebagian lagi ada sekitar 30-an negara salah satunya Indonesia yang juga melakukan Pemilu di tengah situasi pandemi,” ujar August.

Karena itu, kata August, tidak ada alasan selain menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Indonesia dinilai memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman negara lain dalam penyelenggaran Pemilu di tengah pandemi. “Baik segala kisah sukses ataupun yang sebaliknya dari 29 negara yang lain,” imbuhnya.

Dia mengatakan, Pilkada merupakan momentum yang sangat masif dalam menggerakkan jutaan orang. Karena berbicara Pilkada tidak hanya pemilihan. Namun dapat dilihat sebagai momentum dalam konteks ekonomi. Termasuk penanganan COVID -19.

Hal senada disampaikan Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti. Menurutnya, Pilkada 2020 ini mesti menjadi momentum bagi masyarakat di daerah yang melaksanakan Pilkada 2020 untuk memastikan calon pemimpin betul-betul sehat. Baik jasmani maupun rohani. Termasuk track recordnya.

Calon pemimpin daerah diharapkan benar-benar memiliki niat untuk membenahi daerahnya. Terutama mengatasi persoalan yang timbul akibat pandemi COVID-19.

“Ini momentumnya. Kita pastikan nanti setelah terpilih Tahun 2021, grafik COVID menurun. Pilkada 2020 ini momentum menyehatkan demokrasi sekaligus menyehatkan badan dan politik kita,” tandas Ray Rangkuti.

Direktur Monitoring Komite Independen Pemantau Pemilu, Jojo Rohi, menyampaikan problem yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menggabungkan satu konsep Pemilu yang luber-jurdil, di samping tetap disiplin terhadap protokol kesehatan. “Bagaimana menjalankan protokol kesehatan sekaligus menjaga kualitas demokrasi tetap bisa berjalan dengan baik,” ujar Jojo Rohi.

Untuk itu, kampanye menjadi tahapan yang paling krusial dalam mencegah penularan COVID -19. Tentu harus  disiplin terhadap protokol kesehatan.“Kampanye melalui online, manfaatkan jaringan media sosial, juga memanfaatkan media komunikasi yang lain. Misalnya TV, radio dan media online dan cetak dimaksimalkan. Sehingga kandidat tidak perlu turun ke publik. Biarlah media langsung menjangkau ke rumah-rumah publik,” paparnya. (khf/fin/rh)

Sumber: