Fakta atau Mitos? Hubungan Letak Jerawat dengan Kondisi Kesehatan.

Fakta atau Mitos? Hubungan Letak Jerawat dengan Kondisi Kesehatan.

Fakta atau Mitos? Hubungan Letak Jerawat dengan Kondisi Kesehatan--

JEKTVNEWS.COM - Sebuah video yang beredar di media sosial X baru-baru ini menarik perhatian warganet karena mengklaim bahwa lokasi munculnya jerawat di wajah bisa menjadi petunjuk kondisi kesehatan seseorang. Video tersebut menyebutkan beberapa faktor yang diyakini berkaitan dengan letak jerawat, meskipun belum ada bukti ilmiah yang kuat yang mendukung klaim tersebut. Dalam video yang menjadi viral, jerawat di area tertentu dikaitkan dengan kondisi tertentu. Misalnya, jerawat di dahi disebut sebagai akibat dari kebiasaan begadang, jerawat di hidung dikaitkan dengan konsumsi makanan pedas, dan jerawat di pelipis diduga terjadi akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji.

BACA JUGA:Minum Kopi di Waktu yang Tepat, Rahasia Tubuh Sehat dan Bugar

Selain itu, jerawat di dagu sering dianggap sebagai akibat dari ketidakseimbangan hormon, sedangkan jerawat di pipi kiri dikaitkan dengan kondisi liver yang tidak sehat. Jerawat di sekitar mulut disebut-sebut terjadi akibat banyaknya racun dalam tubuh. Beberapa klaim lainnya dalam video tersebut menyebutkan bahwa jerawat di area rahang dapat dipicu oleh gangguan pada proses detoksifikasi limpa, sementara jerawat di sekitar alis berhubungan dengan peningkatan detak jantung atau stres. Adapun jerawat di sekitar garis rambut dikatakan muncul karena kebersihan yang kurang terjaga.

Menanggapi viralnya informasi ini, dokter spesialis kulit, Ruri Diah Pamela, memberikan penjelasan mengenai klaim yang tersebar luas tersebut. Menurutnya, konsep yang menghubungkan lokasi jerawat dengan kondisi kesehatan dikenal sebagai face mapping. Namun, hingga saat ini, tidak ada penelitian ilmiah yang benar-benar membuktikan bahwa jerawat bisa sepenuhnya dikaitkan dengan satu penyebab tunggal berdasarkan lokasinya.

BACA JUGA:Kiwi, Buah Kecil dengan Segudang Manfaat

"Jerawat memang lebih sering muncul di area tertentu, tetapi hal ini lebih berkaitan dengan distribusi kelenjar minyak, kebiasaan menyentuh wajah, serta penggunaan produk kosmetik tertentu. Penyebab jerawat bersifat multifaktorial, bukan hanya disebabkan oleh satu faktor spesifik," ujar Ruri, mengutip dari laman kesehatan.

Lebih lanjut, Ruri menjelaskan bahwa jerawat di dagu dan rahang memang sering dikaitkan dengan faktor hormonal, terutama pada wanita. Area ini lebih sensitif terhadap fluktuasi hormon androgen yang dapat memicu produksi minyak berlebih dan menyebabkan jerawat. Namun, hal ini tidak berarti bahwa setiap jerawat di dagu pasti disebabkan oleh masalah hormon.

Hal serupa juga berlaku untuk jerawat di dahi yang sering dikaitkan dengan kebiasaan begadang. Kurang tidur memang dapat memperburuk kondisi kulit karena meningkatkan stres dan produksi hormon kortisol, tetapi faktor lain seperti genetik, produksi minyak berlebih, dan pertumbuhan bakteri Cutibacterium acnes juga berperan dalam munculnya jerawat.

BACA JUGA:HMPV Terdeteksi di Indonesia, Kemenkes Imbau Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada

Ruri menegaskan bahwa pengobatan dan pencegahan jerawat harus mempertimbangkan berbagai aspek, seperti pola makan, kebersihan wajah, faktor hormonal, serta penggunaan produk perawatan kulit yang sesuai. Mengandalkan informasi yang belum terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan kesalahpahaman dan perawatan yang tidak efektif.

"Yang perlu dipahami adalah bahwa jerawat tidak bisa selalu dikaitkan dengan satu penyebab spesifik hanya berdasarkan lokasinya. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap jerawat dan mengatasinya dengan cara yang tepat," pungkas Ruri.

Dengan demikian, sebelum mempercayai klaim yang beredar di media sosial, penting untuk mencari informasi dari sumber terpercaya dan berkonsultasi dengan dokter kulit untuk penanganan yang lebih akurat.

Sumber: