Rupiah Menguat ke Rp16.279 per Dolar AS, Investor Sambut Positif Kebijakan Tarif AS

Rupiah Menguat ke Rp16.279 per Dolar AS, Investor Sambut Positif Kebijakan Tarif AS

Rupiah Menguat ke Rp16.279 per Dolar AS, Investor Sambut Positif Kebijakan Tarif AS --

JEKTVNEWS.COM - Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan pada penutupan perdagangan Rabu (22/1) sore, menembus level Rp16.279 per dolar AS. Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 63 poin atau 0,39 persen dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat berada di level Rp16.327 per dolar AS.  

Penguatan rupiah ini menjadi sorotan di tengah pergerakan mata uang Asia lainnya yang cenderung bervariasi. Di kawasan Asia, beberapa mata uang mencatatkan penguatan seperti baht Thailand yang naik 0,28 persen, peso Filipina yang naik tipis 0,06 persen, won Korea Selatan yang menguat 0,04 persen, dan dolar Singapura yang meningkat sebesar 0,15 persen. Namun, tidak semua mata uang Asia bergerak positif. Yen Jepang terpantau melemah sebesar 0,24 persen, yuan China turun 0,27 persen, dan dolar Hong Kong melemah tipis 0,05 persen pada akhir perdagangan.  

BACA JUGA:Tampil Berkelas Setiap Hari dengan Aksesoris New Honda PCX 160

Hal serupa juga terjadi pada mata uang negara maju yang menunjukkan pergerakan beragam. Euro Eropa melemah sebesar 0,12 persen, poundsterling Inggris tertekan 0,21 persen, dan franc Swiss turun 0,08 persen. Mata uang komoditas seperti dolar Australia juga mengalami pelemahan sebesar 0,22 persen, sementara dolar Kanada turun sebesar 0,10 persen.  

Lukman Leong, seorang analis mata uang dari Doo Financial Futures, menyebut bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS didorong oleh sentimen positif dari pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pidatonya, Trump memberikan sinyal kebijakan tarif yang lebih lunak, yang direspons positif oleh pasar keuangan global.  

BACA JUGA:Laporan Akhir Kehumasan, Bawaslu Kota Jambi Komitmen Tingkatkan Transparansi dan Akuntabilitas

"Pidato Trump dianggap lebih moderat dalam hal kebijakan tarif, sehingga meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi perang dagang. Hal ini memberikan sentimen positif bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah," jelas Lukman.  

Ia juga menambahkan bahwa optimisme investor terhadap kondisi perekonomian global turut mendorong penguatan mata uang regional. Hal ini terlihat dari kenaikan beberapa mata uang Asia meskipun sejumlah mata uang lainnya mengalami tekanan.  

Selain itu, stabilitas domestik dan dukungan dari Bank Indonesia melalui kebijakan moneter yang akomodatif turut menjadi faktor penguat rupiah. Intervensi BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata uang domestik terus memberikan kepercayaan diri bagi para pelaku pasar.  

BACA JUGA:100 Hari Prabowo - Gibran, Progres Program Tanam Padi PTPN Tumbuh Subur dan Potensi Tambah Pendapatan Petani

Namun, Lukman mengingatkan bahwa pergerakan rupiah ke depan tetap perlu diwaspadai, mengingat faktor eksternal seperti data ekonomi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat serta potensi perubahan kebijakan Federal Reserve.  

"Pasar akan terus memantau data tenaga kerja dan inflasi AS sebagai acuan arah kebijakan suku bunga The Fed. Jika data menunjukkan hasil yang kuat, dolar AS bisa kembali menguat, sehingga rupiah dan mata uang regional lainnya berpotensi tertekan," ujarnya.  

Dengan pergerakan nilai tukar yang beragam di kawasan Asia dan negara-negara maju, dinamika pasar mata uang masih akan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kebijakan tarif, rilis data ekonomi global, serta perkembangan geopolitik.  

BACA JUGA:Ketum Adeksi 2025-2030, Ketua DPRD Kota Jambi Kemas Faried Alfarelly Menjadi Salah Satu Kandidat Potensial

Sumber: