Tumpeng, Nasi Syukuran Berbentuk Kerucut dalam Budaya Jawa
Tumpeng adat jawa-Universitas Ciputra-
JEKTVNEWS.COM- Tumpeng, hidangan nasi berbentuk kerucut yang khas Jawa, bukan sekadar makanan. Ia merupakan simbol kaya akan makna dan filosofi yang mendalam, merepresentasikan kesatuan, kesyukuran, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Makna Filosofis di Balik Bentuk Kerucut, Bentuk tumpeng yang meruncing ke atas melambangkan gunung Meru, gunung suci dalam kepercayaan Hindu-Buddha.
Gunung Meru dianggap sebagai pusat alam semesta dan tempat bersemayam para dewa. Dalam konteks Jawa, tumpeng menjadi representasi dari perjalanan manusia menuju kesempurnaan.
Puncak Tumpeng: Mewakili Tuhan Yang Maha Esa atau Sang Pencipta.
Lereng Tumpeng: Melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan dinamika dan tantangan.
BACA JUGA:Berawal Dari Gabut Bongkar-bongkar Mesin, Hasan Menjadi Raja Mekanik Motor Klasik
Alas Tumpeng: Menunjukkan bumi sebagai tempat manusia hidup dan berinteraksi dengan alam.
Nasi Kuning: Warna kuning melambangkan kemakmuran, kegembiraan, dan kebijaksanaan.
Lauk Pauk: Setiap lauk pauk yang menghias tumpeng memiliki makna tersendiri, misalnya ayam goreng melambangkan kekuatan, telur melambangkan kesuburan, dan sayuran melambangkan kesehatan.
Arah Penempatan: Penempatan lauk pauk pada tumpeng juga memiliki makna simbolik, seperti arah timur melambangkan kelahiran dan arah barat melambangkan kematian.
Tumpeng menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai upacara adat Jawa, seperti:
Upacara Mitoni: Upacara syukuran saat kehamilan tujuh bulan.
Upacara Nikah: Melambangkan kebahagiaan dan harapan akan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Upacara Selamatan: Sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan atau keselamatan.
Sumber: