Kemendikbudristek Targetkan Tiga Faktor Utama Keberlanjutan Merdeka Belajar di Masa Depan

Kemendikbudristek Targetkan Tiga Faktor Utama Keberlanjutan Merdeka Belajar di Masa Depan

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim-Kemendikbudristek -

Kendati demikian, Indonesia berhasil mempertahankan skornya di tingkat rata-rata atau bahkan lebih baik dari rata-rata internasional.

Kemendikbudristek juga mengeluarkan sejumlah terobosan agar pembelajaran dapat tetap terlaksana dan menghindari terjadinya zero learning, di antaranya pembagian kuota internet kepada murid dan guru, diluncurkannya platform untuk saling berbagi praktik baik bagi para guru, pengadaan konten pembelajaran melalui saluran televisi, dan memberikan fleksibilitas ke sekolah dalam memanfaatkan dana BOS.

BACA JUGA:Menko Airlangga Pastikan Sektor Pertanian Menjadi Perhatian Utama Pemerintah

“Menurut saya, yang paling berdampak adalah keputusan kami untuk menawarkan kepada semua sekolah agar melakukan kurikulum versi yang disederhanakan. Kini dapat dilihat bahwa sekolah yang menerapkan kurikulum yang disederhanakan atau kurikulum darurat, mengalami kemunduran belajar lebih sedikit,” jelas Mendikbudristek.

Sementara itu, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, menyoroti keterkaitan antara hasil PISA dan Asesmen Nasional yang diterapkan di Indonesia.

“Asesmen Nasional merupakan penilaian komprehensif tingkat sekolah yang dapat melengkapi hasil PISA. Ketika PISA memberi kita sebuah gambaran level nasional, Asesmen Nasional menunjukkan yang lebih spesifik dari hampir setiap sekolah di Indonesia,” ujar Anindito dalam webinar yang sama.

BACA JUGA:Ini Dia Keseruan Honda Bikers Adventure Camp 2024

Selain mengukur hasil pembelajaran siswa dalam hal literasi membaca, numerasi, dan pemikiran kritis, Asesmen Nasional juga menilai berbagai aspek sekolah seperti iklim sekolah dan berbagai faktor risiko (seperti perundungan, intoleransi, kekerasan di sekolah), serta kualitas pengajaran.

“Yang paling penting adalah kami memberikan hasil-hasil itu kembali ke sekolah dan pemerintah daerah. Kami menggunakan data sebagai umpan balik formatif untuk perencanaan tahunan. Hal tersebut kemudian bermuara pada perbaikan terus-menerus terhadap pengajaran dan pembelajaran,” ujar Anindito.

BACA JUGA:Alasan Cinta Monyet Disematkan pada Pasangan Remaja yang Baru Merasa Kebahagiaan

Director for the Directorate of Education and Skills Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Andreas Schleicher, mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang diambil oleh Indonesia dalam transformasi pendidikan, khususnya dalam penerapan Merdeka Belajar.

"Indonesia memperkenalkan semuanya secara bersamaan sebagai bagian dari ekosistem yang sangat koheren. Ini adalah eksperimen yang cukup inovatif dan mencerminkan hasil PISA yang positif," ujarnya.

BACA JUGA:Pengamanan di TPS, Wakapolda Cek Personel Polres Batanghari

Terkait kurikulum, Andreas sepakat bahwa mengajarkan lebih sedikit hal secara lebih mendalam sangatlah penting. Proses pembelajaran akan lebih fokus pada aktivasi kognitif dan membuat murid terlibat dengan pengalaman belajar yang lebih baik.

Sumber: