Hari Pendidikan Nasional dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Upacara Hardiknas di Lapangan Utama Kantor Wali Kota-Jektvnews-
JEKTVNEWS.COM - Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hari ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momen refleksi terhadap kondisi Pendidikan nasional yang menjadi fondasi utama pembangunan bangsa.
Ditetapkan untuk mengenang kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan nasional, Hardiknas mengingatkan kita pada cita-cita besar pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Namun, meski semangat itu terus digaungkan, berbagai permasalahan masih membelenggu sistem pendidikan Indonesia hingga hari ini.
Ketimpangan Akses dan Kualitas Pendidikan
Salah satu permasalahan mendasar dalam pendidikan di Indonesia adalah ketimpangan akses dan kualitas pendidikan. Di kota-kota besar, fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah, laboratorium, dan akses terhadap teknologi relatif baik. Namun di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), banyak sekolah masih kekurangan guru, bangunan tidak layak, bahkan ada yang tidak memiliki akses listrik atau internet.
Pendidikan di Indonesia seolah terbagi dalam dua dunia: dunia yang memiliki fasilitas modern dan tenaga pengajar berkualitas, dan dunia yang berjuang dengan minimnya sumber daya. Padahal, pendidikan seharusnya menjadi hak setiap warga negara, tanpa memandang lokasi geografis.
Kurikulum yang Kurang Kontekstual
Masalah lainnya adalah kurikulum yang cenderung terlalu padat dan tidak kontekstual. Banyak siswa merasa terbebani dengan pelajaran yang terlalu teoritis dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari maupun kebutuhan dunia kerja. Ini menciptakan kesenjangan antara pendidikan formal dan realitas yang dihadapi lulusan setelah menyelesaikan pendidikan.
Perubahan kurikulum yang cukup sering dalam beberapa dekade terakhir juga menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem pendidikan. Guru harus terus menyesuaikan diri, sementara infrastruktur dan pelatihan tidak selalu mendukung perubahan tersebut. Hasilnya, proses pembelajaran menjadi kurang efektif dan siswa tidak mendapatkan pembelajaran yang bermakna.
Kualitas dan Distribusi Guru
Guru merupakan ujung tombak pendidikan, namun persoalan terkait kualitas dan distribusi guru masih menjadi masalah besar. Masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi pedagogik yang memadai, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, distribusi guru tidak merata; daerah-daerah tertentu kekurangan guru, sedangkan daerah lain mengalami kelebihan tenaga pengajar.
Pelatihan dan pengembangan profesional guru sering kali belum berkelanjutan. Padahal, dalam era teknologi dan informasi yang terus berkembang, guru dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan zaman agar dapat mengajar dengan metode yang relevan dan efektif.
Masalah Infrastruktur dan Anggaran
Anggaran pendidikan di Indonesia memang telah mencapai 20% dari APBN sesuai amanat konstitusi. Namun, alokasi dan implementasinya sering kali tidak tepat sasaran. Masih banyak sekolah dengan kondisi bangunan rusak, kekurangan buku, dan tidak memiliki akses ke teknologi digital. Ketimpangan ini membuat peluang siswa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas sangat bergantung pada latar belakang sosial dan lokasi mereka.
Selain itu, praktik korupsi dan penyalahgunaan anggaran di sektor pendidikan juga turut menghambat pembangunan pendidikan yang merata dan berkeadilan. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), misalnya, sering kali tidak dikelola dengan transparan.
Sumber: