Clean Energy ’Jaringan Cerdas PLTS’, Sudah Saatnyakah Kita Beralih?

Clean Energy ’Jaringan Cerdas PLTS’,  Sudah Saatnyakah Kita Beralih?

Sudah saatnya kita beralih ke jaringan cerdas PLTS-Dok Pribadi-

JEKTVNEWS.COM - Clean energy menjadi trending topik pembicaraan diberbagai negara. Berdasarkan serach engine, sebanyak 1.060.000.000 hasil (0,51 detik) mencari kata kunci yang sama. Tak serta merta sebagai manifestasi dari visi negara yang ada, akan tetapi hal ini menjadi dasar utama bagaimana suatu negara disebut sebagai ’ramah lingkungan’.

BACA JUGA:Segera Daftar! PT Sucofindo (BUMN) Buka Lowongan Kerja di Bulan Agustus 2023 dengan Gaji yang Fantastis 

China, menjadi negara terbesar yang menunjukkan bagaimana penerapan clean energy dengan memanfaatkan tenaga surya (PLTS). Menurut databooks.katadata.co.id., 2022  PLTS Gonghe yang ada di Hainan, memiliki peringkat tertinggi dalam penggunaan PLTS di dunia, dengan kapasitas 2.200 megawatt (MW). 

Seluruh PLTS si ini mampu memproduksi listrik hingga 253,9 gigawatt (GW) pada 2020 dan mampu memenuhi 35,9% dari total kapasitas PLTS secara internasional. 

Vietnam salah satu negara yang juga menggunakan PLTS sebagai pasokan mereka dalam pemenuhan berbagai industri di negaranya. Vietnam saat ini mampu memenuhi kebutuhan listrik dari 100 MW (0,1 GW) menjadi 5 (GW) atau 5 kali lipat. 

Vietnam sangat yakin, bahwa PLTS adalah pilihan utama dengan perubahan iklim global yang juga merubah iklim investasi hingga beberapa tahun mendatang. Ditambah ketersediaan tenaga surya di Asia khususnya masih sangat baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri bahkan rumah tangga. 

Hal ini sama dengan riset yang dilakukan oleh Center for Sustainable Systems, dimana berdasarkan rata-rata radiasi sinar Matahari ke Bumi  1,73 x 10^5 terawatt. Akan tetapi permintaan listrik global hanya mencapai 2,7 terawatt.

Ini artinya, sinar matahari dalam waktu beberapa jam mampu memenuhi kebutuhan energi tingkat global secara efisien. Vietnam juga menerbitkan kebijakan Vietnam Electricity (EVN) dalam pemanfaatan PLTS.

BACA JUGA:Kota Jambi Raih Penghargaan Universitas Indonesia Green City Metric 2023

Skema pertama,disebut dengan capex/capital expenditure, dimana penghasil PLTS dapat menjual energy nya pada EVN seharga 8,38 sen USD/KWh. 

Skema kedua adalah Feed-in Tariff (FiT) untuk jenis pemanfaatan energi surya, mulai dari solar farm, floating solar dan PLTS Atap, termasuk rumah tangga. Bahkan Vietnam juga menjamin penggunaan pinjaman lunak dari perbankan unruk mendukung EVN.

Keberhasilan China dan Vietnam, bukan berarti tanpa trial and error dan bukan juga tanpa pernah mengalami kendala. Pada tahun 2019-2020, dilansir dari Bisnis.com, mengalami kerugian setelah pemasangan 8 GW untuk solar farm. 

Hal ini dikarenakan ’intermintensi’ atau perubahan cuaca yang cepat sehingga pengusaha PLTS kesulitan mengatur iradiasi matahari.

Bagaimana dengan Situasi PLTS di Indonesia?

Sumber: