Tak Lagi Eksklusif, PKS Diprediksi Jadi Partai Papan Atas di Pemilu 2024

Tak Lagi Eksklusif, PKS Diprediksi Jadi Partai Papan Atas di Pemilu 2024

JAKARTA - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. R Siti Zuhro mengatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berpeluang untuk menjadi partai papan atas pada pemilu 2024 mendatang.

Dengan mempertimbangkan perolehan suaranya yang meningkat pada pemilu lalu, PKS yang inklusif dan membuka diri untuk lintas pemilih akan memperoleh suara yang semakin meningkat pada pemilu nanti.

Zuhro menyatakan, jika PKS mampu mengusung pasangan calon yang menarik dan menjanjikan, maka animo dan antusiasme masyarakat pemilih akan tinggi.

PKS juga dinilainya punya kader-kader yang teruji sebagai kepala daerah seperti Ahmad Heryawan (Aher) yang menjabat Gubernur Jawa Barat dua periode, dan Salim Segaf Al-Jufri yang merupakan mantan Menteri Sosial Indonesia era Presiden SBY.

“Di internal PKS bisa saja dilakukan konvensi untuk mengetahui secara persis calon yang paling diminati oleh rakyat, calon yang diidolakan. Sebab bila PKS menafikan calon yang tepat yang bisa dijual, maka bisa beresiko terhadap elektoralnya,” tutur Siti Zuhro dalam keterangannya, Minggu (11/7/2021).

Menurutnya, konstituen PKS perlu ditambah secara signifikan terutama yang berasal dari kelompok swing voters atau pemilih yang kecewa dengan partai-partai lainnya.

Ceruk dukungan yang bisa diambil PKS adalah suara kaum perempuan atau mereka yang terpinggirkan dan merasa kecewa terhadap kondisi dan situasi saat ini yang mereka nilai sangat merugikan.


“Bila PKS mampu mengakomodasi aspirasi mereka, tidak menutup kemungkinan pileg 2024 bisa menempatkan PKS pada posisi ketiga partai dengan perolehan suara terbesar,” nilainya.

Siti mengatakan, dalam politik itu semuanya serba mungkin dan tidak ada yang absolut. Berdasarkan lima kali pemilu nasional yang digelar sejak 1999 menunjukkan bahwa partai-partai papan atas adalah partai-partai yang memiliki akar tunjang, yaitu yang memiliki basis massa politik yang terukur dan jelas.

“Dengan mengedepankan pada kebutuhan kaum yang marjinal tersebut, bisa jadi membuka peluang bagi PKS untuk mendapatkan dukungan suara yang signifikan. Apalagi belakangan ini jumlah pengangguran dan masyarakat miskin cenderung meningkat karena dampak Covid-19 dan varian barunya,” terang Zuhro.

Ketika disinggung mengenai peluang koalisi PKS dengan Gerindra seperti 2019, Siti menampik hal tersebut karena kedua partai ini sudah tidak sejalan.
Ia berujar, peluang untuk membangun koalisi bagi parpol adalah hal yang biasa dan senantiasa dimungkinkan. Namun, dari pemilu ke pemilu konstruksi koalisi berbeda.

Demikian juga prakondisi yang terbangun sejak pasca pemilu 2019 menunjukkan Gerindra dan PKS yang tidak seiring sejalan lagi.

Hal ini bisa dilihat dari koalisi yang terbangun di Pilkada serentak 2020 yang diikuti 270 daerah. Tampaknya kemungkinan koalisi antara Gerindra dan PKS bisa jadi kecil karena konteks kepentingan politiknya berbeda.

“Gerindra bisa jadi berkoalisi dengan partai yang dianggap relatif sama secara platform dan ideologi. Demikian juga PKS akan membangun koalisi dengan partai yang dianggap sevisi dalam mengusung capres-cawapres 2024,” pungkasnya. (dra/fajar)

Sumber: www.fajar.co.id

Sumber: