DISWAY: Empat Misi Terawan

DISWAY: Empat Misi Terawan

Disertasi di Unhas itulah dokumen ilmiah yang Terawan persembahkan sebagai pertanggungjawaban ilmiah soal DSA.

Di keilmuan, Terawan sudah lengkap: dokter, spesialis, doktor. Ia kemudian juga diangkat menjadi kepala RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Terawan-lah kepala rumah sakit sejak masih berpangkat Brigjen, tetap di situ saat naik pangkat menjadi mayor jenderal, dan masih terus di situ ketika sudah berpangkat letnan jenderal.

Di RSPAD pula Terawan merintis cara pengobatan yang lain: memasukkan obat kemo langsung ke dalam kankernya. Sampai sekarang cara seperti itu terus dilakukan --dan pemakaiannya semakin luas.

Terawan mengakui itu bukan temuan ilmiahnya. Tapi ia yang pertama melakukannya di Indonesia.

Awal mulanya dari sebuah buku. Waktu itu Terawan diberi buku oleh seniornya: Prof. dr Suwandi –terakhir berpangkat kolonel dan sudah purnawirawan. Penulis buku itu sendiri seorang ahli dari Jepang.

Terawan mempelajari buku tersebut. Ia pikirkan. Ia renungkan. Lalu ia terapkan di RSPAD.

Untuk itu ia harus bekerja sama dengan ahli kanker. "Saya tidak ikut menentukan jenis obatnya. Ahli kanker yang menentukan. Saya hanya tukang antar obat itu ke sasaran," ujar Terawan.

Dengan demikian maka obat kemo tersebut bisa langsung masuk ke dalam kanker. Tidak sampai ikut merusak sel tubuh lain secara lebih luas.

Sekarang tidak ada lagi yang mempermasalahkannya praktik itu. Dan Terawan terus saja melangkah. Ke bidang lain lagi. Ia pun merintis berdirinya cell cure untuk penderita kanker otak.

Saya belum banyak tahu soal cell cure ini. Saya hanya tahu: banyak dokter yang mempersoalkannya.

Tapi cell cure di RSPAD Gatot Subroto jalan terus. Dengan peralatan dari Jerman. Dengan tenaga ahli dari sana –untuk transfer pengetahuan. Sebelum itu beberapa dokter RSPAD ia kirim ke Jerman –untuk mendalami cell cure di sana.

Prinsip cell cure adalah menggunakan sel dedrintik. Sejak itu RSPAD sudah sangat akrab dengan ilmu sel dendritik.

Tibalah pandemi. Indonesia harus mengatasi Covid-19 dengan segala cara. Terawan lantas memikirkan menggunakan sel dendritik untuk menciptakan kekebalan tubuh pada Covid-19.

Di saat bersamaan Terawan tahu bahwa di Amerika juga muncul ide yang sama. Maka Terawan mengajak Amerika untuk mewujudkan Vaksin dendritik Covid-19 di Indonesia. Pihak Amerika setuju karena melihat Indonesia sudah punya tim sel dendritik.

Jadilah Vaksin Nusantara. Yang sudah dilakukan uji coba fase 1-nya di Semarang. Kini sedang menunggu izin BPOM untuk fase 2.

Sumber: