DISWAY: Empat Misi Terawan
Setelah jadi dokter, tugas kemiliteran Terawan pindah ke Lombok. Di Mataram itulah ia bertemu gadis Surabaya yang lagi liburan ke sana: Ester Dahlia.
Gadis itu masih kuliah di tahap akhir di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Hati mereka terkait. Ester itulah istri Terawan sampai sekarang –dengan anak tunggal yang kini lagi kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Rintisan Terawan di bidang kedokteran begitu banyak. Hampir semuanya mengundang kontroversi. Serunya kontroversi itu membuat Terawan kian terkenal sebagai dokter –kadang publik lupa bahwa ia itu tentara.
Kontroversi paling seru –dan panjang– adalah soal DSA itu.
Kalangan dokter tidak bisa menerima cara membersihkan saluran darah di otak seperti yang dilakukan Terawan.
Itu tidak ada dalam ilmu kedokteran.
Itu bertentangan.
Itu juga melanggar etik kedokteran.
Itu harus dilarang.
Izin dokter milik Terawan harus dicabut. Terawan harus diberhentikan sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
IDI sudah menempuh prosedur yang benar –dan panjang– untuk sampai pada pemecatan itu: sesuai ketentuan organisasi.
Tapi Terawan tetap tidak merasa bersalah. Tidak ada prinsip kedokteran yang ia langgar. DSA itu terus ia jalankan –di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Tentu peran pimpinan militer –atasan Terawan– sangat besar. Sehingga Terawan terlindungi dengan praktiknya itu.
Saya selalu memuji atasan Terawan yang berani mengambil risiko. Kalau saja atasan Terawan adalah sosok yang sensi mungkin DSA akan diperintahkan untuk diakhiri. Bahkan mungkin Terawan sendiri sudah mendapat sanksi militer.
Dengan kepemimpinan di tentara seperti itu DSA bisa jalan terus. Saya pun, waktu itu, jadi ingin tahu: seperti apa DSA itu. Saya lantas menjalaninya –meski tidak punya keluhan apa-apa. Yakni saat saya masih menjadi sesuatu dulu.
Sumber: