Mengenal Auto-Throttle Diduga Penyebab Sriwijaya SJ182 Jatuh, Pesawat Bisa Belok, Berguling, lalu Menukik

Mengenal Auto-Throttle Diduga Penyebab Sriwijaya SJ182 Jatuh, Pesawat Bisa Belok, Berguling, lalu Menukik

JAKARTA – Auto-Throttle disebut diduga menjadi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 di perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1). Hal itu diperkuat dengan laporan maskapai bahwa beberapa hari sebelum jatuh, pesawat dimaksud mengalami masalah auto-throttle sebelum penerbangan ke Pontianak.

“Salah satu faktor yang kami perhatikan, tapi saat ini saya tidak dapat mengatakan (auto-throttle) jadi faktor penyebab kecelakaan,” ujar Nurcahyo dikonfirmasi Bloomberg.

 Saat ini, KNKT tengah bekerja dengan sejumlah ahli internasional, termasuk pihak Boeing untuk meninjau data black box Sriwijaya Air SJ198 yang telah ditemukan.

Pesawat jet bermesin ganda seperti 737 dirancang untuk terbang dengan satu mesin dalam keadaan darurat.

Jadi kegagalan auto-throttle yang menghasilkan daya dorong yang tidak seimbang seharusnya tidak cukup untuk menjatuhkan pesawat dengan sendirinya.

Namun, kasus dorong yang tidak seimbang yang parah dapat menyebabkan berbagai masalah dengan kemampuan kontrol pesawat.

Jika pesawat berada di awan atau pilot tidak memantau kondisi pesawat dengan cermat, itu bisa menjadi sangat tidak terkendali sebelum kru merespons.

Jika tidak ditangani dengan benar, dorongan yang tidak seimbang dari mesin dapat menyebabkan pesawat berbelok atau bahkan berguling ke samping dan turun secara tiba-tiba.

Dalam kondisi ini, pilot harus mengambil langkah dengan mengatur kekuatan secara manual atau mengambil tindakan lain.

Masalah terkait dengan sistem auto-throttle terjadi pada kecelakaan fatal Airbus SE A-310 yang membuat pesawat Tarom Airlines jatuh di dekat Bukares pada 1995 silam.

Penyelidik Rumania menyebut, kecelakaan yang menyebabkan 60 penumpang tewas itu juga disebabkan respons pilot yang tidak memadai.

Jika kegagalan auto-throttle terbukti menjadi penyebab kecelakaan Sriwijaya Air, kemungkinan penyelidikan akan fokus pada pelatihan pilot.

“Asimetri dorong besar jarang terjadi, tetapi pilot dilatih untuk memperhatikan hal ini dan mencegah hilangnya kendali,” ujar kata analis penerbangan Gerry Soejatman dilansir dari RMOL.

“Penyelidik akan menentukan sejauh mana asimetri terjadi dan melihat faktor-faktor lain yang membuatnya menjadi kehilangan kendali,” sambungnya.

Boeing sendiri sudah mengeluarkan instruksi bertahun-tahun lalu untuk memperbaiki masalah auto-throttle oleh pilot.

Sumber: