Hindari Perjalanan di Libur Panjang

Hindari Perjalanan di Libur Panjang

JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang Antisipasi Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Libur dan Cuti Bersama. Surat edaran tersebut di antaranya imbauan kepada masyarakat untuk menghindari perjalanan di libur panjang dan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan Covid-19.

Surat ini ditujukan kepada para gubernur, bupati/walikota. Hanya saja, Tito minta penerapannya mengikuti karakteristik wilayah masing-masing daerah.

“Surat edaran ini tolong dapat diterima dan sekaligus diterjemahkan kembali, semua kembali kepada Local Wisdom, karakteristik wilayah masing-masing. Ini silakan mengambil dengan rapat Forkopimda mengambil keputusan,” kata Tito, Kamis (22/10).

Menurut Tito, pelaksanaan antisipasi kerawanan penularan Covid-19 selama libur panjang itu harus dilakukan secara bersama-sama oleh kepala daerah dengan Forkopimda. Untuk itu, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kekompakkan seluruh pihak tersebut. Apabila di daerahnya terjadi pelanggaran protokol kesehatan, dapat dikatakan pengendaliannya tidak berjalan sukses.

“Prinsip satu saja ukurannya kalau nanti di media muncul kerumunan, yang tidak bisa menjaga jarak, teman-teman Forkopimda daerah itu dapat dikatakan gagal, tidak kompak, kira-kira begitu. Kekompakan rekan-rekan menjadi kunci,” ujar mantan Kapolri ini.

Tito mengharapkan setelah rakor itu, para kepala daerah bersama Forkopimda melakukan rapat untuk mengidentifikasi potensi kerawanan penularan di daerah masing-masing. Ia juga meminta kepala daerah mengaktifkan kembali mekanisme pertahanan pengendalian Covid-19 seperti pada saat lebaran Idul Fitri silam.

Misalnya melalui Kampung Tangguh, Desa Tangguh, RT Tangguh, RW Tangguh, dan lain-lain. Kepala daerah diminta pula berkoordinasi dengan seluruh pihak, seperti pengelola tempat wisata. “Antisipasi, identifikasi dan lakukan koordinasi dengan semua stakeholder: hotel, restoran, tempat wisata, dan lain-lain,” tambahnya.

Bukan cuma penyebaran virus Covid 19, perlu juga diantisipasi potensi bencana yang mungkin terjadi selama masa liburan panjang, khususnya bencana hidrometeorologi. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem akan melanda Indonesia terutama wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sebagian wilayah timur Indonesia.

“Persiapkan diri, lingkungan dari potensi bencana hidromet. Berdasarkan prediksi BMKG, banjir longsor yang sudah terjadi di beberapa tempat,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD meminta semua pihak untuk mengantisipasi potensi kerawanan, terutama penularan Covid-19 di masa libur panjang nanti. Jangan sampai, setelah libur panjang muncul pusat-pusat penularan Covid-19 yang baru.

“Ini kita akan menghadapi libur panjang yang intinya itu adalah libur Maulid Nabi, tetapi libur Maulid Nabi SAW ini ada sambungannya liburnya itu, orang bisa saja mengambil libur lebih awal, kemudian sambungannya sesudah itu, jadi bukan hanya satu hari. Oleh sebab itu, di situ akan terjadi kerawanan – kerawanan yang harus kita antisipasi yang mungkin tidak kondusif atau tidak sejalan dengan kebijakan pokok Pemerintah pada saat ini, yaitu protokol kesehatan,” kata Mahfud.

Menurut Mahfud MD, setiap ada libur panjang, selalu ada potensi kerumunan atau tumpukan orang. Di masa pandemi, ini sangat rentan karena berpotensi terjadinya penularan virus. Misalnya di transportasi umum, atau di tempat-tempat seperti terminal, stasiun, bandara dan sebagainya. Kemudiandi tempat-tempat rekreasi. Itu juga potensial akan terjadinya kerumunan orang.

“Lalu reunian bagi orang yang pulang kampung. Biasanya lalu mengumpulkan teman-teman satu kampus, satu sekolah, lalu lupa melanggar protokol kesehatan. Dan yang akan banyak juga tumpukan karena ada perayaan Maulid karena ini libur Maulid Nabi. Maulidan, itu akan banyak pengajian-pengajian, ada festival-festival biasanya begitu kalau hari Maulid itu,” kata Mahfud.

Tentu semua potensi ini, lanjut Mahfud, harus diantisipasi jangan sampai menimbulkan atau menjadi pusat-pusat penularan baru. Jadi cluster-cluster baru di berbagai tempat. Sehingga penegakan protokol kesehatan yang sudah dilakukan dan mulai berhasil sekarang ini bisa menurun lagi. Ini akan berakibat pada menurunnya tingkat kesembuhan pasien yang sudah bagus.

Sumber: