Indonesia Akhirnya Resesi Ekonomi, Politisi PKS Kirim Pesan Ini ke Sri Mulyani

Indonesia Akhirnya Resesi Ekonomi, Politisi PKS Kirim Pesan Ini ke Sri Mulyani

JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati menyoroti pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memastikan ekonomi nasional kembali resesi pada Kuartal III 2020.

Menurutnya, hal utama yang harus diperhatikan pemerintah bukan menghindari resesi, namun menanggulangi wabah Covid-19.

“Resesi itu bukan hal yang bisa dielakkan atau dihindari selama wabah Covid-19 masih ada,” ujar Anis saat dihubungi PojokSatu.id di Jakarta, Rabu (23/9/2020).

Hal tersebut terjadi, kata Anis, lantaran minat belanja masyarakat masih rendah dan disertai dengan belum optimalnya belanja pemerintah karena serapan yang rendah.

Di sisi lain, lanjut politisi PKS itu, baik investasi maupun ekspor masih menunggu sinyal pemulihan ekonomi global.

“Kita tidak mungkin mendorong konsumsi dan investasi kembali normal ketika kondisinya masih tidak normal. Masih ada wabah,” terangnya.

Anis kembali menegaskan bahwa percepatan pemulihan ekonomi nasional lebih baik jika dilakukan ketika pandemi Covid-19 sudah selesai.

“Ketika pandemi masih berlangsung, upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah membantu agar masyarakat dan dunia usaha bisa bertahan,” ujarnya.

Menurutnya, fokus yang harus dilakukan pemerintah saat ini, hingga akhir tahun 2020 adalah menanggulangi wabah dengan sambil menyelamatkan masyarakat dan dunia usaha agar tidak mati duluan di tengah wabah.

“Sekali lagi, seharusnya fokus kita menangani wabah, bukan menghindari krisis,” pungkas anak buah Sohibul Iman ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020.

Bendahara Negara itu mengatakan, pada kuartal III, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen.

Sumber: