Harita Nickel Catat Laba Rp1,66 Triliun di Tengah Lesunya Harga Nikel, Fokus Efisiensi dan Keberlanjutan

Harita Nickel Catat Laba Rp1,66 Triliun di Tengah Lesunya Harga Nikel, Fokus Efisiensi dan Keberlanjutan--
JEKTVNEWS. COM - PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau yang lebih dikenal dengan Harita Nickel (kode saham: NCKL), mencatatkan kinerja cemerlang di tengah tantangan global industri nikel. Dalam laporan keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2025, perusahaan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp1,66 triliun, meningkat 19,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1,39 triliun. Capaian ini diraih berkat strategi efisiensi operasional yang konsisten dilakukan oleh perusahaan tambang dan pemrosesan nikel terintegrasi yang beroperasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara tersebut. Pendapatan Harita Nickel juga mengalami peningkatan signifikan dengan membukukan Rp7,13 triliun pada kuartal pertama 2025.
BACA JUGA:Inflasi April 2025 Terkendali! Kenaikan Harga Emas dan Sektor Rumah Tangga Jadi Pendorong Utama
Salah satu penopang utama pertumbuhan laba adalah keberhasilan penyelesaian pembangunan smelter feronikel milik PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025. Fasilitas pengolahan tersebut menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan telah mencapai kapasitas produksi penuh pada Maret 2025. Smelter ini memberikan kontribusi signifikan melalui penjualan 43.873 ton kandungan nikel dalam bentuk feronikel (FeNi) selama kuartal pertama.
Dari sektor pertambangan, Harita Nickel mencatat total penjualan bijih nikel sebesar 5,49 juta wmt (wet metric ton), yang seluruhnya disalurkan ke perusahaan afiliasi. Sementara dari lini bisnis High Pressure Acid Leaching (HPAL), tercatat produksi sebesar 30.263 ton kandungan nikel yang terdiri atas Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebanyak 19.837 ton dan Nikel Sulfat (NiSo₄) sebesar 10.426 ton.
Namun, pencapaian positif ini tidak datang tanpa tantangan. Sepanjang dua tahun terakhir, harga nikel global mengalami penurunan yang signifikan. Data dari S&P Global menunjukkan bahwa harga nikel pada 2025 tercatat sebesar US$15.078 per metrik ton, menjadi titik terendah sejak 2020. Dibandingkan dengan tahun 2024, harga nikel turun sekitar 7,7 persen.
BACA JUGA:Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8 Persen, Jauh dari Target Pemerintah
Situasi ini membuat Harita Nickel semakin gencar melakukan penghematan biaya dan menjaga efisiensi di seluruh unit bisnisnya. Menurut Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin D. Liwan, perusahaan melakukan berbagai langkah strategis guna memastikan stabilitas keuangan jangka panjang, termasuk memulai pembangunan pabrik kapur tohor (quicklime) untuk mendukung efisiensi proses HPAL.
Lebih jauh, Harita Nickel juga menghadapi berbagai tantangan industri lainnya, seperti dinamika geopolitik, ketidakseimbangan produksi global, dan standar lingkungan yang semakin ketat. Menyikapi hal tersebut, perusahaan terus berupaya meningkatkan tata kelola keberlanjutan.
Langkah nyata Harita Nickel dalam mengedepankan keberlanjutan adalah menyelesaikan proses audit standar pertambangan internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), menjadikannya sebagai perusahaan pertama di Asia yang berhasil melakukannya di sektor pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi. Selain itu, perusahaan juga telah menyelesaikan audit Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiatives (RMI).
BACA JUGA:Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8 Persen, Jauh dari Target Pemerintah
Tidak hanya itu, Harita Nickel telah menyelesaikan Landscape Level Nature Risk Assessment (LNRA), guna memastikan pengelolaan lingkungan yang transparan dalam ekspansi wilayah konsesi baru. Direktur Keberlanjutan Harita Nickel, Lim Sian Choo, mengungkapkan bahwa penggunaan energi terbarukan di perusahaan meningkat sebesar 29,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain efisiensi energi, Harita Nickel juga aktif melakukan konservasi lingkungan, salah satunya melalui penanaman 2.025 bibit bakau di Pulau Obi dan 1.750 bibit di Kayoa, Halmahera Selatan, bekerja sama dengan pemerintah setempat.
Menghadapi masa depan, perusahaan menegaskan komitmennya dalam mengintegrasikan keberlanjutan dan inovasi sebagai bagian dari strategi bisnis. Fokus utama ke depan mencakup efisiensi operasional, optimalisasi aset, serta kontribusi terhadap pengembangan masyarakat sekitar. Dengan strategi yang solid dan orientasi keberlanjutan yang kuat, Harita Nickel bertekad untuk terus tumbuh sebagai pemimpin industri nikel nasional yang kompetitif di pasar global.
Sumber: