IHSG Dibuka Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif Impor AS

IHSG Dibuka Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif Impor AS

IHSG Dibuka Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif Impor AS--

JEKTVNEWS.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa (11/2) mengalami pelemahan di awal sesi. IHSG tercatat turun 18,32 poin atau 0,28% ke level 6.629,82. Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga mengalami penurunan sebesar 4,85 poin atau 0,63% ke posisi 768,41.

BACA JUGA:Skandal Sertifikat di Laut Tangerang Bareskrim Ungkap Modus Kepala Desa Kohod

Pelemahan ini terjadi di tengah sikap hati-hati investor yang masih menunggu kepastian kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak mendatar karena pasar masih bersikap wait and see terhadap perkembangan kebijakan ekonomi global.

"IHSG hari ini diperkirakan akan bergerak sideways (mendatar) karena pelaku pasar masih menantikan perkembangan kebijakan tarif impor AS yang berpotensi memengaruhi perekonomian global," demikian pernyataan Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajian yang dirilis di Jakarta, Selasa.

Dari pasar internasional, kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump menjadi perhatian utama investor. Trump mengumumkan rencana penerapan tarif sebesar 25% untuk semua impor baja dan aluminium yang masuk ke AS. Namun, ia belum menyebutkan secara pasti kapan kebijakan ini akan mulai diberlakukan. Selain itu, Trump juga berencana menerapkan tarif balasan bagi negara-negara yang mengenakan pajak tinggi terhadap barang impor dari AS.

BACA JUGA:Pelantikan Serentak Kepala Daerah, Gubernur, Walikota dan 3 Bupati di Jambi Akan Dilantik 6 Februari

Langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan proteksionisme yang sebelumnya telah diterapkan terhadap Tiongkok. Kekhawatiran pelaku pasar semakin meningkat, terutama terhadap potensi lonjakan inflasi di AS yang dapat mempersulit Bank Sentral AS (The Fed) dalam menurunkan suku bunga acuannya. Jika inflasi AS terus meningkat, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama, yang berpotensi menekan pasar saham global, termasuk di Indonesia.

Selain faktor eksternal, pasar domestik juga tengah menantikan berbagai laporan ekonomi penting. Investor masih menunggu rilis laporan keuangan tahunan (full year) 2024 dari berbagai emiten yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi fundamental perusahaan-perusahaan di BEI.

Selain itu, pekan ini juga akan dirilis data penjualan mobil di Indonesia. Pada periode sebelumnya, angka penjualan kendaraan mengalami penurunan sebesar 6,40%. Jika tren penurunan ini berlanjut, maka hal tersebut dapat menjadi sinyal perlambatan ekonomi yang berpotensi memengaruhi pergerakan IHSG dalam beberapa hari ke depan.

BACA JUGA:Wamensos Tinjau Langsung Lokasi Longsor di Kabupaten Pekalongan

 

Secara keseluruhan, pergerakan IHSG saat ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan domestik. Kebijakan ekonomi AS yang masih belum jelas, ditambah dengan penantian laporan keuangan emiten dalam negeri, membuat pasar saham bergerak dalam pola yang cenderung mendatar. Para investor pun disarankan untuk tetap mencermati perkembangan ekonomi global serta laporan keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan investasi.

Sumber: