Polemik Kontroversi Wasit Eko Agus Sugih Harto di Semifinal PON 2024

 Polemik Kontroversi Wasit Eko Agus Sugih Harto di Semifinal PON 2024

Pemukulan Wasit Eko Agus Sugih Harto oleh pemain Sulteng memicu investigasi mendalam dari PSSI--pssi.org

JEKTVNEWS.COM - Pertandingan semifinal sepak bola putra PON XXI Aceh-Sumut 2024 yang digelar pada Sabtu, 14 September, berakhir dengan kekacauan yang melibatkan tindakan kekerasan terhadap wasit Eko Agus Sugih Harto. Keputusan-keputusan kontroversial yang diambil oleh sang wasit sepanjang laga antara Aceh dan Sulawesi Tengah memicu ketegangan yang akhirnya berujung pada insiden pemukulan oleh salah satu pemain Sulawesi Tengah, Muhammad Rizki Saputra. Sejak awal pertandingan, kepemimpinan Eko Agus Sugih Harto sudah menjadi bahan pembicaraan. Sejumlah keputusan yang diambilnya dianggap memicu kontroversi di kalangan pemain, ofisial, dan penonton. Pelanggaran yang terjadi di lapangan beberapa kali tampak diabaikan oleh wasit, sementara kartu merah yang dikeluarkannya menuai banyak pertanyaan. Salah satu keputusan yang paling disorot adalah pemberian penalti kepada tim Aceh di masa injury time babak kedua.

BACA JUGA:Berhasil Tahan Gawang Indonesia Vs Australia, Maarten Paes Langsung Pulang Ke Amerika Serikat

Kontroversi puncaknya terjadi ketika Eko memberikan penalti kepada Aceh setelah insiden di kotak penalti yang dianggap sebagian orang kurang jelas. Keputusan ini langsung mendapat reaksi keras dari pemain Sulawesi Tengah, khususnya Muhammad Rizki Saputra, yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit. Rizki akhirnya meluapkan emosinya dengan memukul wasit, menyebabkan Eko terjatuh dan terkapar di lapangan. Insiden pemukulan ini langsung menjadi sorotan publik, terutama karena tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap sportivitas dalam dunia sepak bola. Wasit Eko yang terjatuh setelah dipukul menciptakan suasana tegang di stadion. Para pemain, ofisial, dan penonton menyaksikan dengan kaget dan khawatir akan kondisi wasit.

Tindakan Rizki tentu saja tak bisa dibenarkan. Pemukulan terhadap wasit adalah salah satu bentuk pelanggaran yang sangat serius dalam dunia olahraga. Tidak hanya melanggar aturan, tetapi juga mencoreng semangat fair play yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap pemain. Namun, di sisi lain, kepemimpinan Eko yang dianggap tidak adil selama pertandingan juga menimbulkan pertanyaan mengenai apakah keputusan-keputusan yang diambilnya turut memicu reaksi emosional dari pemain. Setelah insiden tersebut, PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola di Indonesia segera mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam rilis yang dikeluarkan pada Minggu, 15 September, PSSI mengecam keras tindakan kekerasan terhadap wasit. Mereka juga menyatakan bahwa sanksi berat mengancam tidak hanya pemain yang melakukan pemukulan, tetapi juga wasit yang terlibat jika terbukti melakukan pelanggaran atau pengaturan skor.

BACA JUGA:Enam Pemain Baru Timnas Indonesia Siap Hadang Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

"PSSI mengecam keras peristiwa ini. PSSI menegaskan sanksi terberat mengancam pemain dan wasit yang terlibat dalam peristiwa," demikian bunyi pernyataan PSSI. Mereka menambahkan bahwa larangan seumur hidup bisa diberlakukan bagi wasit atau pihak lain yang terbukti mengatur hasil pertandingan. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, juga turut mengomentari peristiwa tersebut. Menurutnya, insiden ini adalah sebuah aib bagi dunia sepak bola Indonesia. Erick menegaskan bahwa PSSI akan melakukan investigasi mendalam terkait kejadian ini, termasuk mengusut tuntas keputusan-keputusan wasit yang dianggap kontroversial serta reaksi pemain yang melanggar etika olahraga. Erick Thohir menyatakan bahwa PSSI tidak akan tinggal diam dan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan semua pihak yang terlibat mendapat sanksi yang setimpal. "Pasti akan dilakukan investigasi mendalam. Indikasi pertandingan yang tidak fair menjadi materi serius yang ditelaah. Pun halnya reaksi pemain yang dipastikan berbuah sanksi yang sangat berat," tegasnya.

Menurut Erick, pertandingan semifinal PON 2024 antara Aceh dan Sulawesi Tengah telah mencoreng kehormatan sepak bola nasional. Komitmen terhadap fair play seharusnya menjadi landasan utama dalam setiap pertandingan, dan insiden seperti ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. PSSI akan menjatuhkan sanksi berat, tidak hanya kepada pemain yang terlibat kekerasan, tetapi juga kepada wasit atau pihak lain jika terbukti melanggar aturan. Erick juga menegaskan bahwa sanksi yang dijatuhkan bukan semata-mata sebagai hukuman, melainkan sebagai pernyataan tegas dari sepak bola Indonesia bahwa segala bentuk tindakan di luar fair play tidak akan ditoleransi. "Sanksi bukan sekadar hukuman, melainkan statement dari sepak bola Indonesia yang tidak mentolerir sedikitpun praktik di luar fair play," kata Erick.

BACA JUGA:Optimisme Timnas Indonesia Menjelang Pertarungan Bersejarah Melawan Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Sumber: