Sejarah Awal Perayaan Cap Go Meh dan Awal Mula Cap Go Meh di Indonesia

Sejarah Awal Perayaan Cap Go Meh dan Awal Mula Cap Go Meh di Indonesia

Dilansir situs Kemenag Bali, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 sekaligus penutupan perayaan tahun baru Imlek.

Istilah ini berasal dari dialek Hokkien (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam) yang berarti, perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari dan ditutup dengan Cap Go Meh.

1. Makan bersama

Kegiatan makan bersama biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga masyarakat tionghoa. Beberapa makanan khas Cap Go Meh adalah lontong Cap Go Meh, jeruk mandarin, kue keranjang (Nian Gao), hingga wedang ronde.

Baca Juga : kembali digugat masa jabatan presiden ri digugat ke mahkamah konstitusi

2. Kegiatan pawai dan pertunjukan barongsai

Pawai barongsai identik dengan perayaan Imlek. Biasanya, iring-iringan dan atraksi barongsai dilakukan di sepanjang jalan perkotaan untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh.

3. Festival lampion.

Festival lentera atau Lampion juga tidak ketinggalan dalam perayaan Cap Go Meh. Warna merah pada lampion melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Masyarakat Tionghoa juga percaya bahwa lampion memberi jalan dan menerangi rezeki penggunanya.

Baca Juga : ridwan kamil wakil ketua bidang organisasi dpd partai golkar jambi joni ismed beliau adalah figur yang salah satu di bidik rakyat indonesia

Diketahui juga, setiap hari sebelum Cap Go Meh punya makna yang berbeda-beda. 

Hari pertama adalah momen terpenting, di mana saudara tertua akan menjadi tuan rumah dan akan mengundang sanak keluarga untuk berkunjung dan silaturahmi, seperti umat Muslim merayakan Lebaran dan umat Nasrani merayakan Natal. Mereka akan kumpul untuk saling mengucapkan selamat tahun baru sambil membagikan angpao.

Baca Juga : pemain timnas marselino dan ronaldo pindah ke klub eropa pelatih timnas indonesia shin taeyong akui dirinya tersinggung atas pindahnya kedua pemain

Hari ke lima, terdapat Festival Po Wu, yang diyakini sebagai ulang tahun Dewa Keberuntungan. Pada hari ini masyarakat Tionghoa akan mengadakan jamuan besar dan meriah serta akan menyalakan petasan sebagai tanda mengusir roh-roh jahat dari rumahnya. Mereka juga membuka pintu atau jendela sebagai simbol menyambut Dewa.

Kemudian, hari ke sembilan, dalam kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa dan penganut Taoisme, hari tersebut adalah perayaan ulang tahun Kaisar Giok atau Yu Huang Da Di. Mereka dipercaya sebagai penguasa surga.

Sumber: