DISWAY: Ulama Wanita

DISWAY: Ulama Wanita

Disertasi S-3 Huzaemah adalah tentang perbandingan mazhab dalam Islam. Dia meraih gelar doktor dengan predikat cumlaude. Buku-bukunyi, terutama Pengantar Ilmu Perbandingan Madzhab, terus jadi pegangan mahasiswa.

Prof Dr Euis Nurlaekawati, yang juga tampil di Zoom menyebut Prof Huzaemah adalah pendiri prodi perbandingan madzhab di UIN Jakarta. Saat predikat itu disampaikan di depan orang banyak, Prof Huzaemah bilang, "Itu tidak benar, saya hanya memberi saran".

Di kalangan cendekiawan Islam ,Prof Huzaemah dikenal sebagai ulama dua kaki. Dia setuju dengan peran lebih bagi wanita di zaman modern ini. Tapi wanita tidak boleh meninggalkan peran tradisionalnya sebagai istri dan ibu.

Ketika Megawati Soekarnoputri akan menjadi calon presiden, Prof Huzaemah tidak mempersoalkan. "Wanita boleh menjadi pemimpin. Asal dijamin lebih banyak manfaatnya bagi agama dan negara. Kan dibantu para menteri," ujar Prof Dr Amany Lubis, mengutip pendapat almarhumah.

Prof Amany Lubis adalah perempuan pertama menjadi rektor UIN Jakarta. Prof Amany sangat dekat dengan almarhumah. Apalagi sama-sama lulusan Kairo, Mesir.

Bahkan Prof Amany sejak SMP sudah di Mesir. Mendapat beasiswa. Sampai di Universitas Kairo. Gelar doktornya pun di sana. Dengan disertasi: Sistem Politik Dinasti Mamluk. Itulah dinasti yang berkuasa selama tiga abad di dunia Arab. Yang kekuasaannya sampai Iraq, Syria, dan Mesir. Setelah dinasti Mamluk runtuh, mulailah berkuasa dinasti Turki Usmani (Ottoman).

Prof Amany boleh dibilang 'Putri Mesir'. Ia lahir di Mesir. Dari rahim ibu seorang wanita Mesir: Nabilah.

Saat dikawini ayahnyi, Nabila belum bisa membayangkan Indonesia itu seperti apa. Amany pun lahir di sana. Nabilah dan bayinyi lantas diboyong ke Indonesia. Nabila ahli di bidang perpustakaan –yang masih langka di Indonesia saat itu.

Ayahanda Prof Amany, Prof Burhanuddin Lubis, memang kuliah di Mesir. Lalu kecantol wanita di sana. Agak banyak yang seperti itu -waktu itu. Termasuk Harun Nasution –kelak di tahun 1980-an juga menjadi profesor, doktor, dan rektor UIN.

Nabilah sendiri, di Indonesia, akhirnya juga menjadi profesor dan doktor. Juga pernah menjabat Wakil Rektor Institut Ilmu Alquran Jakarta. Di samping, tentu, menjadi guru besar di UIN Jakarta.

Kalau Prof Huzaemah rektor wanita pertama di IIQ, Prof Nabilah adalah wakil rektor pertama IIQ.

Bekalangan memang banyak wanita menjadi pimpinan perguruan tinggi Islam. Di IAIN Lampung, Bukittinggi, Kendari, Majene, Ponorogo, rektornya perempuan.

Prof Amany sendiri punya jaringan internasional yang kuat. Kemampuannyi berbahasa Arab, Inggris, dan Prancis membuat dia sering keliling dunia. Saya sempat melihat YouTube ketika Prof Amany berpidato di depan raja Maroko. Ada lambang merah putih di bagian dadanyi.

Prof Amany memutuskan agar Prof Huzaemah dimakamkan di pemakaman khusus di kampus UIN. Dari RSUD Banten, jenazah dibawa ke kampus IIQ dulu di Sawangan, Depok. Lalu dibawa ke pemakaman. Sudah banyak guru besar UIN dimakamkan di situ: Prof Thoha Umar, Prof Sadali, Prof Harun Nasution...

Bagaimana Prof Huzaemah sampai meninggal di RSUD Banten yang begitu jauh?

Sumber: