Until Today
Tiba – tiba sebuah mantel tersampir di bahu Soheila, Soheila yang sedari awal telah mengantisipasi pun berniat melayangkan tendangan dan tinjuan yang ia pelajari. Dirinya memang wanita tapi jangan remehkan kemampuan bela dirinya, dan anehnya orang itu berhasil menangkis dan mebalikkan keadaan, pinggang Soheila di Tarik merapat dengan kedua tangan yang dikunci oleh sebuah tangan kekar.
Soheila merontana, berusaha terlepas dari kungkungan pria yang kini mengunci tangannya. Mengapa Soheila bisa kalah semudah ini, tidak ada yang tau bagaimana pergerakan Soheila dan bagaimana pria yang berniat jahat padanya ini tahu.
“Laki – laki brengsek, lepas!” Ucap Soheila masih terus meronta, Soheila tidak dapat melihat jelas wajah pria tersebut, selain ditutupi Hoodie hitamnya, pria tersebut juga menggunakan masker.
“Sstt..Diamlah,” bisik pria tersebut tepat di telinga Soheila, membuat Soheila memandang jijik dan rendah pada pria tersebut. Soheila ingin menangis, namun ia menahannya setengah mati.
“Lepaskan bajingan!” umpat Soheila dengan suara yang bergetar, padahal Soheila sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlihat takut.
Seakan sadar ketakutan Soheila, pria tersebut semakin merapatkan tubuhnya dengan Soheila, bahkan kini sebelah tangan pria yang bebas itu mengusap pipi Soheila dan meniup – niupnya pelan.
Dejavu, Soheila merasa Dejavu atas perlakuan pria tersebut. tidak, Soheila berharap pria yang dihadapannya saat ini bukan dia. Soheila semakin takut, matanya mulai berkaca – kaca bahkan tubuhnya bergetar dan lemas.
“Sial, ayo lebih kuat Soheila.” Batin Soheila, namun hatinya tak selaras dengan tubuhnya. Bahkan untuk mengangkat satu jarinya saja Soheila tidak mampu.
Pria itu melepas kunciannya pada Soheila yang berarti kunkungannya pada tubuh Soheila juga ikut terlepas. Seolah menyadari bahwa tubuh Soheila lemas, pria tersebut menopang Soheila dengan memeluk Soheila, dengan kurang ajarnya pria tersebut bersembunyi di ceruk leher Soheila tak berhenti sampai disitu pria tersebut juga mengendus leher dan rambut Soheila, bahkan tangan pria tersebut mengelus punggung Soheila.
Soheila tak lagi bisa menahan tangisnya, Soheila sangat familiar dengan pelukan ini, pelukan yang pernah mengisi harinya dan pelukan yang masih ia rindukan setiap malamnya. Bahkan Soheila tidak tahu saat ini ia menangis untuk apa, menangis karena merasa dilecehkan atau menangis karena ia merindukan pelukan yang sama dari dia yang telah lalu, Soheila tidak tahu.Hanya dia yang berani memeluk Soheila seperti ini, hanya dia yang tahu segala pergerakan Soheila, hanya dia.
“Samuel,” (*)
Bersambung
Sumber: