Until Today

Until Today

Dia yang mengaku salah dan bertanggung jawab atas kesalahannya adalah dia yang layak untuk kesempatan kedua-

-Soheila

Jam sudah menunjukkan tengah malam, hampir jam 12 dan Soheila baru menyelesaikan pekerjaannya. Ternyata, Mariana tidak mengelola butiknya dengan baik sehingga banyak penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa karyawan tidak diketahui oleh Mariana. Butik Mariana tidak besar juga tidak kecil, katakanlah bahwa butik yang dibangun oleh Mariana ini dapat dinikmati oleh segala kalangan. Sam&Al adalah Nama butik yang dimiliki Mariana, hanya terdapat 10 karyawan dan Soheila berencana untuk mengobservasi mereka selama seminggu lalu memberhentikan setengah dari mereka.

Rambut Soheila dicepol asal asalan, wajahnya letih dan gerah, bahkan dirinya lupa untuk makan karena terlalu sibuk membenahi butik. Lalu dimana Ciel? Entahlah, tiba – tiba Ciel pamit padanya berkedok urusan mendadak yang tak bisa ditinggal dan berjanji menjemputnya. Soheila mengunci pintu butik tersebut, bergegas menunggu di luar butik.

Udara terasa dingin menembus kulit Soheila, pakaiannya benar – benar tidak memadai untuk menghalu dingin. Jalanan sepi memberikan kesan yang suram untuk Soheila, tak ingin berpikiran buruk, Soheila bergegas menelpon Ciel.

“Sudah selesai?” Tanya Ciel dari seberang sana.

“Sudah, Apa kau masih lama tiba?” Ujar Soheila.

“Tidak, aku sudah berangkat dari tadi, tunggulah sebentar aku akan segera sampai,” Soheila tersenyum, entahlah rasanya Soheila tidak tenang, Soheila merasa dirinya di awasi dari tadi, dan berharap Ciel segera sampai.

“Baiklah, segeralah, disini dingin,” Adu Soheila pada Ciel. Setelahnya Soheila langsung mematikan telponnya sebelum mendengar balasan Ciel.

“Soheila”

Soheila merasa was – was kala mendengar namanya di panggil. Soheila melihat sekelilingnya namun tak satupun orang di sekitarnya, berusaha mengabaikkannya Soheila memegang ponselnya erat. Berjaga – jaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Jeda beberapa saat Soheila mendengar lagi suara itu memanggilnya.

“Soheila,”

Astaga, sekarang rasanya Soheila ingin pingsan. Dimana Ciel, mengapa sangat lama. Soheila berharap bahwa yang memanggilnya adalah hantu. Soheila lebih takut jika yang memanggilnya adalah manusia, karena bisa saja orang itu memiliki niat jahat untuk menyakitinya. Soheile semakin was – was, namun rasanya suara yang memanggil dirinya terasa sangat familiar.

“Tidak mungkin dia,” batin Soheila, dan meningkatkan kewaspadaanya terhadap sekitar.

Sumber: