Pakar Politik Ini Beberkan Pengaruh Luhut Panjaitan dan JK di Pilpres 2024
JAKARTA— Nama Akbar Tandjung, Jusuf Kalla (JK), Agung Laksono, Aburizal Bakrie, Bambang Soesatyo, dan Luhut Panjaitan disebut berpengaruh di Pilpres 2024, terutama di Partai Golkar.
Pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam mengatakan, Golkar merupakan partai politik yang melahirkan tokoh-tokoh besar.
Sehingga tiket calon presiden pada Pilpres 2024 nanti dianggap sulit didapatkan Airlangga Hartarto meskipun saat ini ia menjabat sebagai Ketua Umum Golkar.
“Konfigurasi politik di partai beringin sangat dinamis. Kita tahu misalnya siapa pentolan Gerindra, Nasdem, sampai Hanura dan Berkarya. Hampir semua sebelumnya dari Golkar,” ujar Saiful Anam, Minggu (17/1).
Menurut Saiful, mesin politik Golkar sangat dinamis. Sehingga, bukan jaminan seorang Ketum Partai Golkar dapat dengan mudah memegang tiket Pilpres 2024 mendatang.
“Airlangga harus meyakinkan kompetitor di internal partai yang saya kira jauh lebih berat daripada mematahkan lawan di eksternal partai,” jelasnya.
“Pertarungan di internal jauh lebih rumit dan menantang daripada pertarungan dengan eksternal partai,” kata Saiful.
Dalam analisa Saiful, meski Golkar menjadi partai pemenang kedua Pemilu 2019 dan pemenang Pilkada 2020, Airlangga butuh kerja keras untuk mendapatkan kepercayaan dari tokoh senior Golkar.
Apalagi kata Saiful, tokoh-tokoh yang ada di Golkar sangat beragam. Sehingga, sangat sulit menyatukan fragmentasi ketokohan yang di partai beringin tersebut.
“Kita tahu misalnya disana ada Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, Agung Laksono, Aburizal Bakrie, Bambang Soesatyo, bahkan Luhut Panjaitan,” jelasnya.
“Kekuatan dari masing-masing tokoh tersebut masih terasa sangat kental dalam setiap pertarungan memperebutkan tiket Ketua Umum bahkan dalam hal penentuan calon presiden yang akan diusung partai Golkar,” jelas Saiful.
Bahkan para tokoh sentral ini dinilai memiliki keinginan dan pandangan serta tujuan politik yang berbeda satu sama lainnya.
Atas dasar ini, Airlangga harus diuji untuk mampu meluluhkan berbagai tokoh senior Golkar yang masing-masing memiliki kekuatan politik.
“Saya kira sangat sulit, kalaupun bisa maka harus merelakan adanya perpecahan internal yang sering ditunjukkan dalam momentum pengusungan calon di Pilpres,” pungkasnya.
Sumber: