DISWAY: Salah Saya

DISWAY: Salah Saya

Di samping itu di Indonesia tidak dijual vitamin D di atas 5.000. "Di Singapura ada. Bahkan ada yang sampai 20.000," katanya.

Di Indonesia kalau memberi vitamin D 10.000 harus lewat suntikan. Kalau di Singapura suntikan bisa sampai 20.000. Bahkan 100.000.

Dokter Hanny lantas seperti menyindir saya. "Banyak yang berolahraga di bawah matahari tapi pakai topi dan kaus lengan panjang," katanya.

Ha...ha...ha... Itu saya!

Alasan resmi saya: saya tidak boleh banyak terkena sinar matahari langsung. Itu terkait dengan obat transplant yang saya minum.

Alasan tidak resminya: takut menjadi lebih item!

Pokoknya: saya salah.

Dokter Hanny begitu serius membahas vitamin D ini. Saya menjadi seperti mahasiswanya: mendengarkan dengan baik. Agar bisa menulis dengan benar.

"Dulu, vitamin D itu kita kira hanya terkait dengan tulang. Ya kan?" katanya.

Tentu saya mengangguk. Pura-pura mengerti. Tapi saya memang pernah mendengar ilmu seperti itu.

"Belakangan vitamin D itu ternyata terkait dengan TBC, pernapasan dan bahkan kanker tertentu," katanya. Karena itu di masa Covid-19 ini vitamin D menjadi sangat penting.

Sejak kapan ilmu baru itu diketahui? 10 tahun terakhir?

“Ya, sekitar itu," katanya.

Dokter Hanny pun pernah streaming dengan India. Di masa Covid ini. Di sana banyak ditemukan kasus hubungan vitamin D dengan TBC dan gangguan pernapasan.

Begitu asyiknya membahas vitamin D saya hampir lupa bertanya soal stetoskop yang ia pakai. Kok di tengah selangnya seperti ada power bank ukuran lontong.

Sumber: