Hadiri Pesta Pernikahan Ilham, CE Dipercaya Menjadi Irup Upacara Pedang Pora
SAROLANGUN - Berhenti sejenak dari urusan politik. Hari ini, Cek Endra menyempatkan hadir bersilaturahmi ke rumah koleganya, Muhammad Syaihu Chatib di Pelawan, Sarolangun Hari ini minggu( 22/11) pagi. Ia menghadiri undangan pernikahan putranya, Ilham Akbar Syaihu dan dipercaya menjadi irup upacara prosesi pernikahan Pamong Praja Muda Dharma Astha Brata,putra dari rekannya itu.
Cek Endra juga menyempatkan diri dari segala aktifitas politiknya, demi hadir memenuhi undangan Syaihu.
“Saya punya historis dengan ananda Ilham. Saya yang mengantar dia sekolah ke IPDN. Hari ini, saya pula yang mengantarnya ke jenjang pernikahan. Saya bela-belain subuh bergerak dari Jambi,”kata Cek Endra, melempar senyum.
Selain menjadi irup, Syaihu juga meminta Cek Endra sebagai penunjuk ajar. Mengenakan setelan jas lengkap, Cek Endra tampak gagah ketika menghadiri acara tersebut. Ia ditemani istri tercinta Rosita Endra, yang anggun dengan kebaya bermotif merah jambu.
“Saya ucapkan selamat kepada kedua mempelai dan dindo saya Syaihu…,”sapa Cek Endra, tanpa menggunakan teks.
Menurut Cek Endra, ini merupakan hari bersejarah bagi kedua mempelai, termasuk dua keluarga besar.
Sebagai orang tua, Cek Endra menitip beberapa nasehat penting, utamanya bagi Ilham dan Annisa, yang hari ini menjadi raja dan ratu.
“Jadilah abdi negara yang baik. Mengayomi warga. Sebagai keluarga dan taruna. Bekerjalah sebaik mungkin. Urus warga dengan baik. Jadilah suri tauladan,”papar Cek Endra, panjang lebar.
Ilham, putra Syaihu itu adalah purna praja IPDN. Angkatan XXIII. Tamat tahun 2016. Ia saat ini tercatat sebagai pegawai di Pemkab Sarolangun.
Salam tunjuk ajarnya, Cek Endra berpesan, supaya Ilham bisa membagi tugas, antara menjadi pemimpin di tengah keluarga dan bekerja mengayomi warga.
“Beri pendidikan yang baik bagi generasi muda. Jambi masih memerlukan adik-adik, sebagai seorang taruna,”katanya.
Ia mengingatkan, menjadi pelayan masyarakat itu tak mudah, seperti membalik telapak tangan. Kadang harus ikhlas meninggalkan anak istri di rumah. Kadang waktu untuk mengurusi warga harus lebih banyak ketimbang berkumpul bersama keluarga.
” Itulah resiko seorang purna praja,”katanya.
Terakhir, ia menasehati kedua mempelai untuk tetap menomor satukan kedua orang tua.
Sumber: