Politik dan Komedi Borat

Politik dan Komedi Borat

Wednesday, 28 Oct 2020

Oleh: Azrul Ananda

SAYA punya pengakuan: Saya penggemar Borat. Karakter kocak yang diperankan aktor Inggris, Sacha Baron Cohen. Film pertama karakter itu, menurut saya, kocak luar biasa. Judulnya juga luar biasa. Yaitu, Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit the Glorious Nation of Kazakhstan.

Beredar pada 2006, film itu membuat kita tertawa terpingkal-pingkal, meringis tidak tahan, jijik kocak, dan reaksi-reaksi "aneh" lain.

Akhir Oktober ini, mulai Jumat, 23 Oktober lalu. Sekuelnya beredar. Empat belas tahun setelah seri pertama! Judulnya juga luar biasa: Borat Subsequent Moviefilm: Delivery of Prodigious Bribe to American Regime for Make Benefit Once Glorious Nation of Kazakhstan.

Bedanya, bila film pertama beredar di bioskop, film sekuel alias "subsequent" itu beredar via saluran streaming. Dalam hal ini Amazon Prime. Bukan masalah, karena film itu pasti untung sekali. Kabarnya, Amazon Prime berani membayar hingga USD 120 juta (Rp 1,7 triliun) untuk hak menayangkannya.

Bagi yang tidak familiar, Borat adalah seorang jurnalis asal Kazakhstan. Tentu saja, Kazakhstan yang digambarkan bukanlah yang sebenarnya. Kedua film itu berformat "mockumentary" alias "dokumenter-dokumenteran." Ada yang aktingnya dirancang, ada yang bersifat improvisasi.

Ada yang percakapannya didesain. Ada yang tidak. Dalam artian, "bintang tamu"-nya pun kadang-kadang tidak paham kalau dia sedang dimasukkan ke dalam sebuah film!

Kazakhstan versi Borat adalah negara sangat terbelakang. Perempuan tidak punya hak apa-apa. Semua perempuan adalah pelacur. Borat dikirim ke Amerika untuk membuat film, dengan harapan bisa berinteraksi dengan segala kalangan masyarakat di Negeri Paman Sam, lalu berbagi dengan rakyat Kazakhstan.

Bisa dibayangkan betapa kocaknya Borat di Amerika. Seseorang yang "ndeso luar biasa" beredar di negara yang maju. Misalnya, dia buang air besar di sebuah taman di depan gedung di New York. Atau, setiap kali bertemu perempuan, pertanyaan pertamanya adalah: "How much?" (berapa tarifmu?).

Dalam perjalanan ceritanya, Borat bukan hanya menghibur, tapi juga menunjukkan sisi-sisi lain warga Amerika yang kadang tidak terduga. Yang tidak selalu manis dan baik.

Nah, di seri kedua, Borat bukan sekadar mockumentary perbedaan budaya. Angle-nya menyindir politik. Kali ini, Borat tidak sendirian. Ia ditemani oleh putri perempuannya, Tatur, yang berusia 15 tahun (diperankan Maria Bakalova asal Bulgaria, usia asli 24 tahun).

Setelah 14 tahun, "ndeso"-nya Borat lebih modern. Misalnya, dia melakukan "chatting," lengkap dengan istilah-istilah dan emoji, menggunakan mesin fax!

Perhatikan judulnya. Tugas Borat kembali ke Amerika jelas. Yaitu mengantarkan "sogokan berharga" kepada pemimpin Amerika, untuk kebaikan Kazakhstan yang dulu pernah jaya.

Sumber: