Disway: Hujatan Tahunan
Gabungan daratan Tiongkok-Korut-Vietnam-Kamboja akan menjadi wilayah komunis yang luas di Asia Timur sampai Indochina.
Kawasan itu akan bertetangga dengan pulau-pulau kecil yang makmur berkat demokrasi: Jepang. Ditambah satu semenanjung Korea Selatan.
Sayang sekali, sekali lagi sayang, komunis di Tiongkok bisa membawa kemakmuran. Negara-negara demokrasi pun menjadi agak sulit menyudutkan komunis. Beruntung kita yang di Indonesia masih bisa menyalah-nyalahkan PKI terus-menerus –setidaknya setiap akhir September.
Amerika Serikat adalah negara kampiun anti-komunis. Tapi kelihatan sekali Amerika lagi gelisah sekarang ini: bagaimana kemajuan panglima anti komunis lagi dikejar komunis. Pengejeran itu kian dekat pula: 10 tahun lagi Tiongkok nomor satu di dunia –menggeser Amerika.
Kalau Tuhan merestui.
Memang Tiongkok sedang berlari dengan lekas. Tapi apakah itu karena Amerika lagi melambat?
Panasnya keadaan menjelang Pemilu di Amerika sekarang ini setidaknya cermin dari kegelisahan itu.
Kelompok tertentu di sayap kanan –yang mendukung Trump– lagi menyiapkan konsep baru. Yakni agar lembaga kepresidenan di Amerika bisa lebih berkuasa. Bisa lebih kuat. Agar seorang presiden bisa membuat keputusan cepat --untuk jangan sampai terkejar Tiongkok.
Kelompok itu, dimotori Menlu Mike Pompeo dan Jaksa Agung William Barr, juga menginginkan agar pemerintah pusat (pemerintah federal) bisa lebih kuat di mata pemerintah daerah (negara bagian).
Sekarang ini pemerintah pusat juga lagi ingin memperkarakan wali kota Seattle. Sang wali kota dianggap melakukan pembiaran. Bagaimana bisa, penduduk enam blok di kota itu memisahkan diri dari Pemda. Untuk menjadi kawasan Unincorporated –tidak boleh ada polisi masuk ke kawasan itu.
Pemerintah pusat juga lagi menyiapkan berbagai gugatan kepada kepala daerah yang membiarkan demo-demo. Padahal, kata Barr, Pemda bisa mengenakan pasal pidana ''melakukan provokasi'' kepada para pendemo itu.
Tapi untuk bisa mengubah Amerika, kelompok ini memerlukan kemenangan Pemilu di banyak cabang kekuasaan: Presiden Donald Trump harus menang Pilpres lagi. Senat (DPD) harus tetap dikuasai Republik. House (DPR) harus direbut dari Demokrat.
Dan Mahkamah Agung harus diisi orang-orang yang pro Trump.
Karena itu Trump segera mencalonkan hakim agung yang baru, –Amy Coney Barrett yang konservatif– untuk mengganti Ruth Bader Ginsburg yang baru saja meninggal dunia.
Karena itu Pemilu sekarang ini amat hidup-mati bagi kelompok kanan.
Sumber: