Dulu Digandrungi Emak - Emak, Kini Tupperware Terancam Bangkrut

Dulu Digandrungi Emak - Emak, Kini Tupperware Terancam Bangkrut

Setelah bertahun-tahun berjaya, Tupperware terancam bangkrut--

JEKTVNEWS.COM - Perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, Tupperware Brands, terancam bangkrut setelah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada Selasa malam, 17 September. Perusahaan yang terkenal dengan lini produk rumah tangga seperti peralatan dapur, wadah penyimpanan, dan produk penyajian ini mengalami kerugian yang semakin besar dalam beberapa tahun terakhir akibat menurunnya permintaan pasar. Tupperware, yang populer di era 1950-an melalui "pesta Tupperware" di kalangan perempuan generasi pascaperang, kini harus menghadapi situasi sulit. Perusahaan ini tak hanya kehilangan daya tarik di kalangan konsumen, tetapi juga kalah bersaing dengan produsen lain yang menawarkan wadah penyimpanan lebih murah dan ramah lingkungan. Persaingan yang semakin ketat membuat posisi Tupperware semakin terdesak di pasar.

BACA JUGA:Moxa Catatkan Lebih dari 4.300 Pengguna Baru Selama GIIAS 2024

Dalam pernyataannya, perusahaan menyatakan bahwa permohonan kebangkrutan ini dilakukan karena mereka meragukan kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis. Keraguan tersebut semakin kuat setelah upaya perbaikan kondisi keuangan yang dilakukan beberapa kali tetap gagal akibat likuiditas yang bermasalah. Dokumen kebangkrutan yang diajukan Tupperware menunjukkan bahwa mereka memiliki aset antara US$500 juta hingga US$1 miliar, sementara kewajiban yang harus dibayarkan berada di kisaran US$1 miliar hingga US$10 miliar. Selain itu, jumlah kreditur yang dimiliki Tupperware juga cukup besar, yaitu antara 50.001 hingga 100 ribu pihak.

Pada tahun 2023, Tupperware sebenarnya telah berupaya menyelesaikan perjanjian dengan para pemberi pinjaman untuk merestrukturisasi utang yang mereka miliki. Mereka juga bekerja sama dengan bank investasi Moelis & Co dalam mencari alternatif strategi yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi perusahaan. Namun, sayangnya, langkah-langkah tersebut tak cukup untuk menyelamatkan bisnis yang sudah terpuruk ini. Chief Executive Officer Tupperware, Laurie Goldman, dalam pernyataannya menyebutkan bahwa posisi keuangan perusahaan telah terpengaruh secara signifikan oleh kondisi makroekonomi yang menantang selama beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor eksternal ini semakin memperburuk masalah internal perusahaan, membuatnya semakin sulit untuk bangkit dari keterpurukan.

BACA JUGA:Indodax Tanggapi Dugaan Kebobolan dan Kerugian Rp355 Miliar Akibat Transaksi Ilegal

Meski menghadapi kebangkrutan, Tupperware tetap berencana untuk mendapatkan persetujuan pengadilan agar mereka dapat terus menjual produk-produknya di pasar. Selain itu, perusahaan juga merencanakan proses penjualan bisnis sebagai salah satu langkah strategis untuk menghadapi situasi sulit ini. Dengan tren permintaan yang terus menurun dan persaingan yang semakin ketat, masa depan Tupperware kini berada di tangan pengadilan dan strategi yang akan mereka ambil dalam beberapa bulan mendatang. Perjalanan panjang perusahaan yang dulunya menjadi ikon dalam industri rumah tangga kini berada di titik kritis, dengan nasib yang penuh ketidakpastian.

BACA JUGA:Luhut Binsar Pandjaitan Ungkap Rencana Pembatasan BBM Bersubsidi dengan Teknologi AI Mulai 1 Oktober

Sumber: