Sejarah Masuknya Chindo ke Indonesia, Hingga Masuk Islam

Minggu 22-01-2023,00:10 WIB
Reporter : Ksandi
Editor : Rnd

Baca Juga : Biaya haji 2023 diusulkan naik dua kali lipat

''Seperti di Jepara, ada namanya Kiai Telingsing. Itu kemungkinan besar orang Cina dan berasal dari Cina Selatan, meskipun masih belum bisa dipastikan apakah dia masuk Islam di nusantara atau memang sudah memeluk Islam sebelumnya. Dia kemudian akhirnya bermukim di pesisir Jawa dan beranak-pinak di sana,'' tutur Didi.

Sambil membangun komunitas Muslim di banyak tempat, orang Tionghoa mulai mengambil bagian dalam kehidupan komunitas Kerajaan Majapahit saat itu. Ratu Suhita pernah mengangkat Gan Eng Wan menjadi Kepala Daerah Muslim pertama di Tumapel, sebuah wilayah kecil di dalam Kerajaan Hindu itu. Antara 1451-1477 Bong Swi Hoo, kemudian disebut Sunan Ampel, berhasil membentuk komunitas Muslim Jawa di pantai utara Jawa. Sementara itu, Swan Liong, putra Raja Wisesa (Raja Majapahit) dan istrinya yang Tionghoa, diangkat menjadi Kapilen (pemimpin lokal) Islam pertama di Palembang.

Dilaporkan bahwa Swan Liong telah membesarkan Djin Bun (Raden Patah), putra Raja Kertabumi (raja terakhir Majapahit) dengan istrinya yang beretnis Tionghoa. Pada tahun 1475 Raden Patah dikirim oleh Sunan Ampel kembali ke Jawa dan ditempatkan di Demak. Pada tahun yang sama ia mengambil alih Majapahit, dan menyatakan dirinya sebagai Raja Demak, Kerajaan Islam pertama di Jawa.

Dalam upaya mereka membangun masjid, orang Tionghoa baik yang berlatar belakang Muslim maupun non-Muslim terlibat karena keahlian mereka dalam pembuatan tiang kapal. Dengan demikian, gelombang pertama Cina telah membawa gaya hidup mereka yang penuh warna ke kehidupan dinasti dan berkontribusi pada komunitas Muslim di Jawa.

Pada saat Kerajaan Islam di Jawa, orang Tionghoa memainkan peran penting, yaitu sebagai penasihat perdagangan dan militer. Masuknya VOC (Perusahaan Belanda yang melegenda) ke Indonesia telah menggeser peran Tionghoa menjadi mediator, pemegang sewa barang-barang kerajaan atau gerbang tol.

Kedekatan etnis Tionghoa dan Kerajaan Jawa juga dibuktikan dengan dukungan Lasem dan Rembang Kapiten (pemimpin lokal) kepada Raden Rangga dalam usahanya mengalahkan Belanda di Rernbang dan Surabaya pada tahun 1310. Hubungan erat ini akhirnya mencapai titik balik dengan diangkatnya Ka iten Tan Jin Sing (atas jasanya yang terpuji) sebagai Bupati Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat (KRT Secodningrat) di bawah pemerintahan Sultan Hamengkubuwono III.

Baca Juga :Pakaian tentara pelajar jambi di masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Dalam perannya sebagai perwira tinggi kerajaan, Secodiningrat menjadi sombong, sehingga menimbulkan rasa sakit hati di antara perwira kerajaan lainnya. Meninggalnya Sultan Hamengkubuwono III pada tahun 1814 (setelah memerintah hanya dua tahun) memaksa Secodiningrat dan keluarganya meninggalkan jabatan tinggi mereka dan pensiun dengan uang pensiun.

Artikel ini sudah terbit di kompas.com dengan judul menelusuri sejarah awal masuknya masyarakat tionghoa di indonesia

Tags :
Kategori :

Terkait