Sejarah Masuknya Chindo ke Indonesia, Hingga Masuk Islam

Minggu 22-01-2023,00:10 WIB
Reporter : Ksandi
Editor : Rnd

jektvnews.com - Menyambut Tahun baru imlek tahun 2023 ini, media social kembali tengah diramaikan dengan istilah "Chindo" atau singkatan China Indonesia atau Chinese Indonesia.

Penyebutan ini diberikan kepada masyarakat tionghoa yang telah lama menetap di Indonesia, dan keturunan orang tionghoa Indonesia.

Berdasarkan data Sensus penduduk di tahun  2010, jumlah warga keturunan Tionghoa di Indonesia mencapai 2,83 juta jiwa atau sekitar 1,2 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 236,73 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut warga keturunan etnis Cina di Tanah Air berada di urutan 18 berdasarkan suku bangsa yang ada di Indonesia.

Sementara orang Jawa merupakan suku dengan jumlah terbesar di Indonesia, yaitu 95,2 juta jiwa atau sekitar 40 persen dari total penduduk. Kemudian suku terbesar ketiga, Sunda dengan jumlah mencapai 36,7 juta jiwa atau 15,5 persen dari total penduduk Indonesia.

Baca Juga : Bayangkan Pagi di Jambi sarapan di pempek selamat siang sudah makan pindang musi rawas di kota jambi

Data sensus jumlah penduduk tionghoa di Indonesia ini mengalami peningkatan di bandingkan data sensus di tahun 2000, jumlah warga keturunan tionghoa di Indonesia mencapai  1.73 juta jiwa, dengan persentase penduduk yang mengaku sebagai orang Tionghoa, yang mencakup 0,86 persen dari seluruh penduduk Indonesia.

Sementara angka persentasi ini menurun jika dibandingkan dengan sensus tahun 1930. Pada sensus tersebut, tercatat bahwa orang Tionghoa hanya berkisar 2,03 persen dari penduduk Indonesia, atau sekitar 1.233.000 jiwa.

Penurunan ini kemudian dikaji oleh para demograf.  Dimana para demograf menyimpulkan bahwa, banyak orang yang menolak mengaku dirinya sebagai Tionghoa. Kebijakan asimilasi yang diterapkan pada masa Orde Baru membuat banyak orang Tionghoa yang menanggalkan identitas etniknya.

Baca Juga : keistimewaan membaca surat alkahfi di hari jumat

Berdasarkan sejarah kedatangan etnis Tionghoa ke Hindia Belanda tak lepas dari jatuh bangunnya dinasti-dinasti di China yang telah memicu gelombang emigrasi orang Tionghoa ke selatan, terutama ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.

“Selama masa kejayaan Dinasti Ming di awal abad ke-15, ada tujuh ekspedisi besar yang dilakukan di seluruh dunia. Salah satunya yang dipimpin oleh Sam Po (Cheng Ho), berhasil mengunjungi Palembang (Sumatera Selatan), kata Dosen Fakultas Teknik Universitas Kristen Immanuel FX Sugianto, dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, setelah berhasil Sam Po membawa ratusan pekerja Tionghoa termasuk sejumlah besar orang Muslim Yunan. Setelah berhasil menduduki Palembang, Sam Po membangun komunitas Muslim Tionghoa pertama di Indonesia.

Selanjutnya, masyarakat Muslim Tionghoa secara berturut-turut menyebar di berbagai tempat di Indonesia, seperti, Cirebon, Lasem, Tuban, Gresik dan Mojokerto. Inilah cikal bakal awal mula lahirnya komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia.

''Memang, berdasarkan berita dari orang Portugis, itu sudah ada (komunitas Cina Muslim) yang tinggal di sekitar kawasan pesisir. Itu ada di abad ke-14 atau sekitar abad ke-15. Itu sudah ada. Jadi, memang sudah Muslim dari sananya (dari Cina—Red), kemudian tinggal, bermukim, dan berdagang di nusantara,'' kata Didi Kwartanada, sejarawan Universitas Gadjah, dikutip dari republika.co.id.

Penyebaran Islam yang dilakukan melalui pesisir juga dapat dibuktikan melalui adanya legenda-legenda setempat ataupun nama-nama berbau Cina di sekitar pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Tags :
Kategori :

Terkait