JAKARTA – Persaingan ketat antara kandidat petahana dari Partai Republik Donald Trump dan pesaingnya Joe Biden dari Partai Demokrat dalam hasil sementara kontestsasi Pilpres Amerika Serikat (AS) berpotensi memicu kekhawatiran investor. Ekspektasi pasar cenderung menjagokan Joe Biden.
“Kalau Trump menang, ada potensi risiko sentimen akan kembali meningkat lagi sehingga cenderung akan pegang safe heaven aset dulu yakni dolar AS,” kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi, Rabu (4/11).
Josua mengatakan, apabila Trump memenangkan pemilu, akan meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Kondisi tersebut akan semakin menguatkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lain.
Ia menyebutkan, kondisi tersebut akan berdampak pada melemahnya nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk pasar keuangan yang berpotensi terkoreksi.
“Sehingga investor memilih memegang dolar sehingga permintaan dolar AS meningkat, akhirnya semua mata uang di Asia relatif akan cenderung melemah dan pasar keuangan berpotensi terkoreksi kalau seandainya tidak sesuai harapan pasar,” katanya.
Menurut Josua, penghitungan suara Trump dan Biden telah menimbulkan dampak beragam seperti menguatnya dolar AS dan sebagian pasar terkoreksi. Begitu pula terhadap IHSG yang menurun 1,05% ke level 5.105 atau turun 54,25 poin.
“Lalu pasar saham Eropa siang dibuka cenderung melemah, sehingga ini responsnya agak beragam dan mata uang cenderung melemah meski rupiah ditutup menguat tapi keseluruhan Asia mata uangnya melemah,” ucapnya.
Josua mengatakan pelaku pasar keuangan global lebih memilih Joe Biden karena kebijakannya dinilai lebih antisipatif dibandingkan Trump yang diwarnai ketidakpastian dan banyak kejutan.
Selain itu, lanjut dia, stimulus lebih besar yang diinginkan partai pengusung Biden juga dinilai akan mendorong likuiditas dolar AS di pasar keuangan global. Sehingga mendukung potensi penguatan mata uang negara berkembang dan dampaknya aliran modal asing masuk ke negara berkembang.
“Biden dianggap cenderung lebih baik secara umum dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan mempercepat pemulihan ekonomi global dan di AS dengan jumlah stimulus yang besar itu, beda dengan Biden, Trump penuh ketidakpastian, mungkin itu yang kurang disukai pasar,” imbuhnya. (riz/fin)