JEKTVNEWS.COM- Nginang, sebuah kebiasaan mengunyah sirih, pinang, kapur, dan kadang-kadang tembakau, merupakan tradisi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Nusantara. Praktik ini tidak hanya sekadar kebiasaan, tetapi juga sarat dengan makna sosial dan budaya.
Asal-usul nginang dapat ditelusuri hingga ribuan tahun lalu. Di masa lalu, nginang dianggap sebagai simbol keramahtamahan, tanda penghormatan, dan bahkan digunakan dalam ritual keagamaan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam nginang dipercaya memiliki khasiat pengobatan, seperti menghilangkan bau mulut, menyegarkan napas, dan membantu pencernaan.
Manfaat yang dipercaya:
Kesehatan gigi dan mulut: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan-bahan dalam nginang memiliki sifat antibakteri yang dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Pencernaan: Kandungan serat dalam sirih dan pinang dipercaya dapat membantu melancarkan pencernaan.
BACA JUGA:G30S/PKI, Malam Berdarah yang Mengguncang Bangsa
Pereda stres: Aroma harum dari bahan-bahan nginang dipercaya dapat memberikan efek relaksasi dan mengurangi stres.
Risiko dari nginang tersebut:
Kanker mulut: Kandungan zat karsinogen dalam tembakau dan beberapa bahan lainnya dapat meningkatkan risiko kanker mulut.
Noda pada gigi: Zat warna alami dalam pinang dapat menyebabkan noda pada gigi.
Ketergantungan: Beberapa orang dapat mengalami ketergantungan pada efek stimulan dari bahan-bahan nginang.
Perkembangan Tradisi Nginang di Era Modern, Seiring berjalannya waktu, tradisi nginang mengalami pasang surut. Di satu sisi, semakin banyak penelitian yang mengungkap dampak negatif dari kebiasaan ini. Di sisi lain, upaya pelestarian budaya mendorong masyarakat untuk tetap melestarikan tradisi nginang.
Pengembangan produk turunan: Beberapa produsen telah mengembangkan produk turunan dari bahan-bahan nginang, seperti permen dan minuman, dengan kandungan zat berbahaya yang lebih rendah.
BACA JUGA:Candi Muaro Jambi, Jejak Peradaban Kuno di Tanah Jambi