JEKTVNEWS.COM - Pada perdagangan Selasa, 12 November 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami penguatan, meskipun pasar masih dalam fase konsolidasi. Meskipun sentimen pasar pasca-pesta demokrasi di dalam negeri dan luar negeri cukup minim, beberapa analis melihat potensi kenaikan yang cukup besar di pasar saham Indonesia. William Surya Wijaya, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, menyatakan bahwa IHSG masih berada dalam tahap konsolidasi. Menurutnya, meskipun pasar saham Indonesia belum sepenuhnya menunjukkan sentimen positif yang kuat, peluang kenaikan IHSG tetap terbuka. Hal ini memberikan ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi pembelian saham di saat terjadi koreksi.
“Potensi kenaikan IHSG masih terlihat cukup besar, sehingga jika terjadi koreksi, itu justru bisa dimanfaatkan untuk membeli saham,” ujar William. Ia memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang support di level 7.241 dan resistance di 7.337. Rentang ini menjadi batasan yang diperkirakan akan membimbing pergerakan indeks saham pada hari ini. Sementara itu, William juga memberikan beberapa rekomendasi saham pilihan bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum pasar. Beberapa saham yang disarankan antara lain TLKM (Telkom Indonesia), UNVR (Unilever Indonesia), GGRM (Gudang Garam), ASRI (Alam Sutera Realty), BBRI (Bank Rakyat Indonesia), dan EXCL (XL Axiata). Saham-saham ini dipandang memiliki prospek yang baik meskipun pasar sedang berkonsolidasi.
Di sisi lain, Oktavianus Audi, Head of Customer Literacy and Education di Kiwoom Sekuritas Indonesia, memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Ia memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam pola mixed pada hari ini. “Pasar cenderung menahan diri di tengah penantian rilis data inflasi dari Amerika Serikat,” ujar Oktavianus. Data inflasi AS yang akan dirilis ini diperkirakan akan mempengaruhi arah pergerakan pasar saham global, termasuk IHSG. Menurut Oktavianus, IHSG kemungkinan akan bergerak di rentang support 7.196 hingga resistance 7.327. Rentang ini memberikan gambaran bahwa pasar mungkin akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi, tergantung pada perkembangan ekonomi global dan data yang akan dirilis.
BACA JUGA:DPR Siapkan Panja untuk Berantas Judi Online, Rudianto Lallo Tegaskan Aparat Tak Boleh
Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Senin, 11 November 2024, IHSG tercatat berada di level 7.266. Meskipun sebelumnya indeks saham Indonesia mengalami penurunan, yaitu melemah 20,73 poin atau 0,28 persen, namun pergerakan ini masih cukup wajar mengingat kondisi pasar yang tengah beradaptasi setelah pesta demokrasi di Indonesia. Penurunan ini menunjukkan adanya koreksi di pasar saham, namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk IHSG kembali menguat pada perdagangan berikutnya.
Pada sesi perdagangan Senin, transaksi saham tercatat mencapai total Rp13,16 triliun dengan volume perdagangan sebesar 23,58 miliar saham. Meskipun IHSG mengalami pelemahan, ada 190 saham yang menguat, 397 saham yang terkoreksi, dan 196 saham yang stagnan. Data ini menunjukkan bahwa meskipun IHSG terkoreksi, ada sejumlah saham yang masih menunjukkan performa positif. Namun, pergerakan indeks saham tidak sepenuhnya positif. Terpantau sembilan dari sebelas sektor saham mengalami penurunan, dengan sektor properti menjadi sektor yang paling tertekan. Sektor properti tercatat turun sebesar 1,69 persen. Penurunan sektor properti ini memberikan gambaran bahwa pasar properti di Indonesia masih mengalami tantangan, yang mungkin disebabkan oleh faktor suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kondisi ekonomi global.
BACA JUGA:Bagaimana E-commers Meningkatkan Daya Saing UMKM
Meskipun ada tekanan pada beberapa sektor, beberapa sektor lain masih menunjukkan potensi penguatan. Sektor-sektor yang lebih stabil, seperti sektor energi dan sektor perbankan, masih menunjukkan potensi untuk tumbuh meskipun pasar saham secara keseluruhan mengalami fluktuasi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa beberapa analis memberikan rekomendasi saham yang cenderung defensif dan stabil, seperti saham BBRI dan TLKM. Salah satu faktor utama yang diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan IHSG dalam waktu dekat adalah perkembangan ekonomi global, khususnya data inflasi dari Amerika Serikat. Data inflasi ini akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed), yang dapat berdampak pada aliran modal internasional. Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik dana keluar dari pasar saham Indonesia dan pasar negara berkembang lainnya.
Oleh karena itu, para investor harus tetap waspada terhadap perkembangan global yang dapat mempengaruhi sentimen pasar di Indonesia. Dalam hal ini, investor diharapkan bisa mengelola portofolio mereka dengan bijak, terutama jika ada koreksi besar yang terjadi akibat ketidakpastian global. Meskipun ada potensi kenaikan IHSG dalam jangka pendek, investor sebaiknya tetap mengikuti perkembangan data ekonomi global dan merespons dengan strategi investasi yang tepat. Konsolidasi pasar saham yang terjadi saat ini memang memberikan tantangan tersendiri bagi para investor. Di satu sisi, volatilitas pasar dapat menciptakan peluang investasi yang menarik, namun di sisi lain, investor juga harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pergerakan IHSG yang fluktuatif memberikan gambaran bahwa pasar saham Indonesia masih dalam fase ketidakpastian, namun dengan potensi pertumbuhan yang cukup besar ke depan.
BACA JUGA:IHSG Menguat di Awal Pekan, Sektor Bahan Baku dan Infrastruktur Pimpin Kenaikan
William Surya Wijaya dari Yugen Bertumbuh Sekuritas mengingatkan bahwa meskipun ada peluang kenaikan, investor harus tetap berhati-hati dan memperhatikan pergerakan pasar secara keseluruhan. Untuk itu, strategi investasi yang lebih fleksibel dan berbasis pada analisis fundamental akan sangat diperlukan di tengah kondisi pasar yang sedang berkonsolidasi ini. Meskipun IHSG menghadapi tekanan dari sektor-sektor tertentu, pasar saham Indonesia tetap menunjukkan daya tarik jangka panjang. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif stabil dan potensi pasar domestik yang besar, IHSG tetap menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.