Dua Orang Suspect Virus Korona di Bali, Turis Asal Tiongkok Dipantau
Pemerintah terus memantau wabah virus korona. Fokusnya diarahkan kepada orang-orang yang baru datang dari Tiongkok. Kemarin (24/1) empat orang diperiksa karena mengalami gejala-gejala mirip penderita virus bernama lengkap 2019-novel coronavirus (2019-nCoV) tersebut. Satu orang dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta. Tiga lainnya berada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Bali.
Jawa Pos mendatangi RSPI kemarin. Satu pasien perempuan itu berada di ruang isolasi. Tidak ada yang boleh masuk, kecuali petugas medis.
Direktur Medik dan Perawatan RSPI dr Diany Kusumawardhani SpA menjelaskan, kondisi pasien tersebut stabil. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan negatif. Artinya, pasien itu tidak terserang virus korona. Meski demikian, pihak RS masih melakukan pemantauan.
”Memang yang harus mendapat perhatian khusus adalah pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas. Kemudian ada riwayat perjalanan dari Tiongkok,” ungkapnya. Pasien tersebut memang sebelumnya melakukan perjalanan ke Tiongkok.
Sementara itu, Jawa Pos Radar Bali melaporkan, tiga turis yang dinyatakan suspect diobservasi di ruang isolasi RSUP Sanglah pada Rabu (22/1). Mereka terdiri atas seorang warga Meksiko dan dua anak asal Tiongkok berusia 3,5 tahun dan 6 tahun. Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah dr I Ketut Sudartana kemarin menjelaskan, para pasien itu datang sendiri ke RS Sanglah. Untuk mengantisipasi persebaran virus korona, mereka dirawat di ruang Nusa Indah (ruang isolasi).
Kondisi tiga pasien tersebut, ungkap Sudartana, sudah membaik. Suhu tubuh mereka sekitar 37 derajat Celsius, dalam kondisi sadar, dan tidak ditemukan masalah medis yang signifikan. Pihaknya sudah memberikan obat penurun panas dan obat batuk sesuai dengan keluhan. Berdasar hasil pemeriksaan, WNA asal Meksiko tersebut dinyatakan negatif virus korona dan hari ini boleh pulang. Sedangkan dua pasien yang merupakan kakak beradik itu masih dirawat.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Bali dr Ketut Suarjaya memilih berhati-hati mengomentari kasus suspect virus korona di RSUP Sanglah. Dia tak ingin membuat publik merasa resah. Apalagi, menurut dia, banyak gejala yang mirip dengan pneumonia. Namun, Suarjaya membantah jika ada yang mengatakan bahwa virus korona bisa menular lewat kelelawar atau ular. Menurut dia, harus ada penelitian untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut. ”Itu (penularan dari kelelawar atau ular, Red) meragukan. Tidak ada bukti ilmiah,” jelasnya.
Ketua Bali Board Tourism (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi dari agen perjalanan tentang pembatalan penerbangan rute Bali–Wuhan, terutama untuk pesawat carter. Disebutkan, penerbangan dari Kota Wuhan ke Bali ditutup sampai masalah korona ini selesai. Penutupan berdasar Notam G0108/20 yang diterbitkan International Notam Office Beijing. ”Kami di Bandara Ngurah Rai mengikuti seruan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Bahwa Bandara Ngurah Rai juga tidak melakukan penerbangan sementara ke Kota Wuhan,” jelas Arie Ahsanurrohim, communication and legal manager Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, kemarin.
Saat ini ada dua maskapai yang memiliki rute ke Kota Wuhan, yakni Sriwijaya Air dan Lion Air. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti menyampaikan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan melakukan antisipasi persebaran virus korona melalui jalur penerbangan. ”Kami telah berkoordinasi intensif dengan seluruh maskapai di Indonesia,” ucap Polana dalam siaran persnya kemarin.
Polana menambahkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan surat edaran melalui direktur keamanan penerbangan bernomor SE.001/DKP/I/ 2020 tanggal 20 Januari 2020. Isinya menyangkut beberapa hal.
Pertama, agar maskapai melengkapi kartu general declaration (gendec) untuk diberikan kepada petugas karantina kesehatan di bandara kedatangan. Kedua, melapor kepada petugas lalu lintas udara yang bertugas apabila terdapat penumpang yang diduga terpapar virus korona.
”Memberikan kartu kewaspadaan kesehatan sebelum kedatangan untuk penerbangan yang berasal dari negara terjangkit,” ungkapnya. Selain itu, maskapai harus memberikan pengumuman di dalam pesawat agar penumpang melapor kepada petugas KKP pada saat kedatangan bila berasal atau pernah singgah di negara terjangkit.
Informasi melalui Notam G0108/20 menyampaikan bahwa Bandar Udara Internasional Tianhe Wuhan tidak dapat digunakan sebagai bandara yang disinggahi, kecuali untuk penerbangan kondisi darurat. Pengumuman itu berlaku mulai 23 Januari pukul 11.00 UTC (18.00 WIB) sampai 2 Februari pukul 15.59 UTC (22.59 WIB). ”Penerbangan dari Indonesia menuju Kota Wuhan akan dialihkan ke kota lain di Tiongkok,” ujar Polana.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad mengatakan, pihaknya bersama KKP melakukan pengetatan pemeriksaan penumpang di pelabuhan melalui pemasangan thermal scanner. Selain itu, Dirjen Hubla meminta jajarannya di pelabuhan melakukan identifikasi pelayaran dari Tiongkok. Jika ada kapal masuk dari Tiongkok, seluruh petugas harus mengenakan masker. Terlebih saat memasuki libur Tahun Baru Imlek. Kewaspadaan terhadap penumpang dan kapal yang datang dari Tiongkok, menurut Ahmad, patut ditingkatkan.
Sumber: