Ikhtiar Bersama Dalam Menjaga Hutan Dan Melestarikan ‘Batobo’ Hutan Sumatera
Batobo dalam keterkaitan hutan, juga menjaga keseimbangan ekosistem. Dahulu, sebut saja Mak Cha, menceritakan bagaimana masyarakat desa Rantau Kermas, betapa takutnya saat mulai ada kelelawar melintas di atas rumah penduduk. Itu artinya, kelelawar keluar dari habitatnya yakni hutan. Jika keluar maka kelelawar dipastikan oleh adat membawa virus, sehingga seluruh masyarakat diinstruksikan masuk ke rumah masing-masing mengamankan diri. Menurutnya, sekarang jangankan kelelawar, kontak antara manusia dengan satwa sudah sering terjadi akibat ekosistem yang rusak dan mulai tergerusnya budaya batobo di Sumatra. Bagi Mak Cha, batobo mengajarkan pembagian ruang hidup antara alam, manusia dan satwa. Hutan menjadi penting keberadaannya untuk manusia dan juga untuk satwa, mengambil secukupnya, memanfaatkan sesuai petunjuk adat dalam batobo adalah pedoman yang tak akan pernah lekang selama ia ada.
Karenanya, mari menjaga hutan kita bersama. Hutan adalah milik Indonesia, hutan adalah sumber penghdupan kita, tanpa hutan sulit akan kita temukan berbagai jenis tumbuhan langka seperti indahnya kan Alokasia, Anting-anting, Tempuyung, Kitolod, Kincung, Kaliandra, Begonia, hingga Kantung Semar. Belum lagi satwa-satwa cantik seperti Rangkong, Harimau Sumatra, Gajah Sumatra, suara Ungko yang selalu menyambut pagi juga akan hilang. Mari jaga hutan, mari jaga Indonesia bersama para pahlawan penjaga Hutan Sumatra dan mentradisikan Kembali ‘batobo’ di pulau Sumatra.
Sumber: