DISWAY: VakNus Terakhir
Terawan memang menjadi salah satu panelis di seminar mempercepat penanganan Covid dan keamanan kesehatan nasional. Yang penyelenggaranya RSPAD Gatot Subroto sendiri. Selasa pagi. Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa menjadi pembicara utama. Salah satu topik yang dibahas adalah Terapi Vaksin Sel Dendritik.
Di situ, Terawan tetap menunjukkan semangatnya dalam mengembangkan VakNus. Besarnya hambatan seperti tidak menggoyahkannya. Sama sekali. "Kami segera memublikasikan hasil uji coba fase 1 dan 2 di jurnal internasional," kata Terawan, yang berbicara setelah Kolonel dr Jonny.
Terawan juga membanggakan RSPAD yang telah ambil inisiatif di berbagai penelitian kesehatan. Ia juga membanggakan tim di situ yang telah mulai mendalami sel dendritik sejak 2015.
Saya sendiri harus memberikan penjelasan tambahan pada relawan dari Surabaya. Yang semula cara berpikir mereka masih terpola oleh vaksin yang sudah ada. Termasuk: mereka ingin tahu berapa tingkat antibodi mereka setelah diVakNus.
Padahal untuk VakNus ini tidak ada istilah 'sudah punya antibodi berapa banyak'. Yang jumlahnya bisa diketahui melalui test elisa di laboratorium.
"Kalau Anda ke lab dan minta dicek kadar antibodi, hasilnya akan nol," kata saya pada mereka. "Kemampuan menangkal Covid lewat VakNus akan diketahui dari test Elisspot. Bukan dari test elisa seperti biasa," ujar Dokter Jonny, yang kemudian saya teruskan ke relawan.
Setiba di Surabaya saya semakin menyadari: tidak mungkin dua aliran ini bertemu. Masing-masing punya definisinya sendiri. Caranya sendiri. Kemampuannya sendiri. Bedanya: yang satu mengekor. Yang satunya mencoba jadi induk. (Dahlan Iskan)
Sumber: