DISWAY: Fadilah Nusantara
Sebenarnya Fadilah sudah bergelar profesor. Persyaratan sudah lengkap. Tapi keburu menjadi menteri kesehatan. Tidak punya waktu lagi untuk mengurus gelar guru besar itu.
Gelar doktornyi pun diperoleh dengan cara istimewa. Dia harus melakukan riset di North Carolina, Amerika Serikat. Sampai-sampai dia harus membawa simpanse dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung: 60 ekor.
Di sana simpanse itu disuntik berbagai obat. Untuk melihat respons jantung mereka. Dari situlah Fadilah menyusun disertasi untuk gelar doktor. Disertasi itu diuji di UI. Pengujinyi, termasuk profesor penguji dari Amerika Serikat. Yakni dari Wake Forest University, di Winston Salem, NC. Mereka yang datang ke UI.
Meski hubungannyi dengan Amerika begitu kental, tapi Fadilah tetap bersikap independen. Yakni ketika dia harus menghadapi permintaan khusus dari sana. Dia menolak permintaan itu. Dengan alasan ketahanan nasional Indonesia: dia tidak mau mengirim sampel-sampel darah orang Indonesia ke sana.
Maka waktu ada pandemi flu burung nama Fadilah sangat terkenal di seluruh dunia. Semua itu diceritakan dalam bukunyi yang sudah terbit.
Kini usia Fadilah 71 tahun. Dia aktivis di Muhammadiyah dan pandai menyanyi. Bahkan dia masih menyanyi untuk sang suami sehari sebelum meninggal dunia.
Sebagai ahli virus, Fadilah tahu apa saja di balik proses penemuan vaksin Covid-19 sekarang ini. Dan dia pilih Vaksin Nusantara.
Saya sendiri, di Surabaya, ikut jadi sasaran pendaftaran Vaksin Nusantara. Padahal saya bukan siapa-siapa. Ratusan orang mendaftar lewat saya. Mereka mau menjadi relawan uji coba fase II. Mereka menunggu dan menunggu: kapan. Selama menunggu itu beberapa orang mendapat giliran vaksinasi Sinovac dan Astra Zeneca. Termasuk istri saya.
Yang sampai sekarang belum vaksinasi bertekad akan berangkat ke Jakarta. Satu bus. Agar mendapatkan Vaksin Nusantara. Hari Rabu minggu depan.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Achmad juga menjalani Vaksin Nusantara: hari ini. Bersama istrinya. Demikian juga pimpinan Komisi IX DPR, Melkiades Laka Lena. Juga bersama istrinya, yang juga seorang apoteker: Mindriyati Astiningsih.
Tapi yang mencuri start duluan ternyata tokoh ini: Aburizal Bakrie. Pak Ical –konglomerat yang juga politikus– adalah orang pertama yang mendapat vaksinasi Vaksin Nusantara: sehari sebelum Sudi Silalahi –orang Batak dari Tanah Jawa itu. (Dahlan Iskan)
Sumber: