Disway: Vaksin Flu

Disway: Vaksin Flu

Maka langsung terjadi kepanikan. Dikira Covid mewabah lagi. Sempat dianggap itu akibat serunya hari libur emas di sekitar hari kemerdekaan. Sampai-sampai Qingdao harus di lockdown lagi satu minggu. Lalu, 9 juta warganya di-swab test. Selesai dalam 5 hari.

Semua negatif.

Akhirnya ditemukan virus baru tersebut masuk lewat galangan kapal. Di Qingdao memang banyak galangan kapal besar. Termasuk yang memperbaiki kapal dari luar negeri.

Qingdao pun kembali normal.

Hari-hari ini ditemukan lagi kasus baru Covid-19. Tapi di daerah yang sangat terpencil. Dekat kota Kashgar –yang saya kunjungi tahun lalu. Itu daerah Muslim di sebelah sananya gurun pasir Ghobi. Sudah dekat dengan perbatasan Kazakhstan. Kota itu kini lagi di lockdown total.

Kebetulan kotanya dikelilingi padang pasir.

Bagaimana dengan orang Beijing?

"Saya sendiri jadinya perlu mikir-mikir untuk vaksinasi anti-flu," ujar teman saya yang di Beijing. Di sana suntik vaksin antiflu biayanya 200 RMB. Atau sekitar Rp 450.000. "Kalau tidak Anda tanya saya tidak terpikir," tambahnya.

Sudah berapa dingin Beijing di malam hari?

"Tadi malam sudah 5 derajat," jawabnya.

Di Korea Selatan pun kini banyak yang vaksinasi mandiri. Terutama setelah ada berita kematian itu. Mereka pilih membeli vaksin sendiri tapi yakin daripada gratis tapi ragu.

Di Indonesia juga begitu. Banyak yang menjalani vaksinasi anti-flu ini. Plus pneumonia. Dengan biaya Rp 800.000. Mereka juga ikut heboh saat ada berita kematian di Korsel. Semoga, dengan membaca ini sudah bisa tenang kembali.

Tapi ada juga yang memanfaatkan berita itu untuk menjatuhkan vaksinasi Covid-19. Mereka mencampur aduk pengertian vaksin anti-flu dengan vaksin Covid-19. Pokoknya vaksin itu bahaya, kata mereka.

Beruntunglah pedagang vaksin anti-flu. Termasuk di negara yang tidak punya musim dingin yang berat ini.

Sayang tidak ada yang jual vaksin anti ketidakadilan.(Dahlan Iskan)

Sumber: