Pesona Pasar Sehat Tradisional TAC yang Mulai Ditinggalkan

Pesona Pasar Sehat Tradisional TAC yang Mulai Ditinggalkan

sekitarjambi.co - kota jambi, Pasar, semua orang pasti telah mengetahui pasar adalah tempat para penjual menjajakan dagangannya, tempat berlangsungnya transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Namun apa yang ada dibenak kita ketika diberi pertanyaan mengenai keadaan pasar?...

Pasar yang terletak di Simpang 4 Sipin, Sungai Putri, Telanaipura, Kota Jambi menghentikan langkahku pagi ini. Deru mesin pengrajin batu akik mengalihkan pandanganku. Aku bergegas menghentikan laju setelah melihat plang berwarna jingga bertuliskan “Pasar Tradisional TAC”.

Pasar yang pada 2015 ditingkatkan lagi kenyamanan dan pelayanannya oleh pemerintah kota jambi ini. Menjadikan pasar tradisional atau pasar rakyat yang biasanya membuat kita tak nyaman menjadi bersih dan lebih tertata rapi. Namun terlihat sepi, hanya terdapat beberapa pembeli yang sedang melakukan transaksi di pasar TAC.

Pasar ini tidak jauh berbeda dengan pasar lain yang biasa kita lihat. Deretan kios-kios penjual berjejer rapi memintaku untuk menyinggahi. Lekuk senyuman para pedagang menyapaku mengharapkan transaksi. “cari apo dek?”. Sebuah pertanyaan ramah yang terlontar membuatku menoleh dan menggelengkan kepala dengan sedikit terkekeh. Mataku terpesona melihat kelincahan para pengrajin batu akik di depan pintu pasar, dengan ligat cepat mengadukan tangannya dengan mesin pemecah batu. Namun tak lama, akupun segera bergegas karena tidak ada niatan untuk membeli.

Lebih masuk kedalamnya lagi, terdapat beberapa kios pedagang sayuran segar sudah berjajar rapih. Memanjakan mata para pembeli dengan warna yang dimilikinya. Tak hanya kios sayuran kita juga dapat melihat kios-kios daging ditengah pasar.

Terdapat beberapa pembeli dengan lincahnya memilah sayuran terbaik untuk dibawa pulang. Bernegosiasi agar diberikan penurunan harga atau sekedar meminta sayuran tambahan.

Berjalan ke samping pasar, terlihat seorang nenek yang tidak berhenti tersenyum menawarkan lontong dagangannya kepada siapa saja yang melewatinya. Dengan suara lembutnya ia mengingatkan orang-orang yang lewat untuk mengisi perutnya dahulu, beriringan dengan berisiknya mesin pemarut kelapa yang menyalip suara lembutnya.

Di satu kesempatan, salah satu pedagang kaset menyetel lagu miliknya keras-keras, pedagang lainpun ada yang hanya mendengar, ikut bernyanyi, hingga bergoyang kecil mengikuti alunan lagu dangdut yang diputar. Boleh jadi, ini adalah sedikit usaha yang dilakukan untuk sekedar pengusir penat. Tak jarang senda gurau saat tawar menawar pun menjadi aktifitas sehari-hari pasar tradisional. Sederhana namun berharga.

Sayapun kemudian menghampiri nenek penjual lontong tersebut dengan memesan sepiring lontong sayur. Sembari melontarkan beberapa pertanyaan kepada nenek itu mengapa pasar yang bersih dan rapi ini terlihat sepi.

Menengok lebih serius, tak bisa dipungkiri, saat ini pasar tradisional TAC sudah tak seramai dulu.  Saat ini sudah banyak pasar-pasar modern yang didirikan, hal ini mengakibatkan tidak sedikit masyarakat yang mulai berpindah untuk berbelanja di pasar modern.

Pemilik kios di pasar TAC Banyak yang membuka kiosnya dimulai dari siang hari menuju sore. “kalau pagi sampai menjelang siang sepi sekali disini, kalau siang ke sore lumayan la”. Tutur seorang pedagang.

Dia berharap pemerintah tidak hanya merenovasi pasarnya saja. Namun membuat inovasi supaya banyak pengunjung ke pasar TAC.

Sumber: