Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Unja Laksanakan Pengabdian Masyarakat Catcalling di Sekolah

Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Unja Laksanakan Pengabdian Masyarakat Catcalling di Sekolah

Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Unja Laksanakan Pengabdian Masyarakat Catcalling di Sekolah-Ist/ Jektvnews -

JAMBI, JEKTVNEWS.COM - Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNJA Melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat mengenai Pentingnya Psikoedukasi tentang Catcalling di Sekolah untuk Perlindungan Diri dari Pelecehan Seksual di SMPN 53 Kerinci

Fenomena pelecehan seksual, khususnya catcalling, semakin sering terjadi di lingkungan publik. Catcalling adalah tindakan pelecehan verbal berupa siulan, komentar, atau panggilan bernada seksual yang tidak diinginkan. Banyak perempuan, baik dewasa maupun remaja, menjadi sasaran tindakan ini setiap harinya.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 64% perempuan Indonesia pernah mengalami pelecehan di ruang publik. Namun, banyak siswa yang masih menganggap catcalling sebagai hal biasa atau tidak berbahaya.

Program psikoedukasi tentang catcalling menjadi penting untuk meningkatkan kesadaran siswa. Universitas Jambi melalui program pengabdian masyarakatnya yang dilakukan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling yang diketuai oleh Drs. Nelyahardi, M.Pd., Hera Wahyuni, M.Pd., Freddi Sarman, M.Pd., Sri Rahmah Rahmadhoni, M.Pd., Fitriana, M.Pd., Kons., telah melaksanakan kegiatan psikoedukasi di SMPN 53 Kerinci pada tanggal 21 Agustus 2024.

Tujuan program ini adalah memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa tentang berbagai bentuk pelecehan seksual, termasuk catcalling. Melalui kegiatan ini, siswa diajarkan untuk mengenali tanda-tanda catcalling dan bagaimana meresponsnya dengan bijak.

Dalam program ini, tim pengabdian dari Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Jambi berhasil melibatkan 18 siswa, yang terdiri dari 8 laki-laki dan 10 perempuan. Mereka menerima pemaparan tentang bahaya catcalling dan dampaknya pada kesejahteraan psikologis korban.

BACA JUGA:NEWS!! Pasca Kebakaran, JEKTV Tetap Berupaya Menyajikan Siaran, Program dan Live

Catcalling tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat memicu stres, kecemasan, bahkan trauma. Penting bagi siswa untuk memahami bahwa tindakan ini tidak hanya melukai secara fisik, tetapi juga berdampak pada kondisi mental korban.

Salah satu cara yang disarankan dalam menghadapi catcalling adalah dengan membangun kepercayaan diri dan menghindari rasa takut untuk melaporkan kejadian tersebut.

Psikoedukasi ini juga mengajarkan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan siswa jika menjadi korban atau saksi catcalling. Mereka diajak untuk berpikir kritis dan mengambil tindakan proaktif, seperti melaporkan kepada pihak berwenang atau sekolah jika mengalami pelecehan.

Pelatihan psikoedukasi ini tidak hanya berfokus pada siswa, tetapi juga melibatkan guru dan staf sekolah. Para guru diharapkan dapat menjadi pendukung utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari pelecehan seksual.

Dengan dukungan para guru, siswa akan merasa lebih aman untuk berbicara dan melaporkan kejadian yang meresahkan di lingkungan sekolah.

Sementara itu, catcalling sering dianggap sebagai masalah yang sepele, padahal dampaknya bisa sangat besar.

Korban catcalling sering kali merasa terancam dan kehilangan rasa aman di ruang publik. Hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Sumber: