Sejarah Idul Adha, Nabi Ibrahim Diperintahkan Sembelih Anaknya Ismail

Sejarah Idul Adha, Nabi Ibrahim Diperintahkan Sembelih Anaknya Ismail

jektv.co.id - Kisah atau sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail. Kemudian disiarkan oleh Nabi terkahir Muhammad Salallahu’alaihi wassalam yang menganjurkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha. Beginilah sejarah qurban dimulai dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam dan nabi Ismail alaihissalam.

Telah dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, pasa umur kurang lebih 80-tahun. Lalu beliau berdoa kepada Allah.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shafaat)

Kemudian Allah memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar. Dialah Ismail, yang dilahirkan oleh Hajar. Menurut para ahli sejarah, Nabi Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim berusia 86 tahun. Wallahu a’lam.

Nabi Ibrahim kemudian membawa Hajar dan Ismail, yang waktu masih bayi dan menyusu pada ibunya, ke Makkah. Pada saat itu di Makkah tidak ada seorang pun dan tidak ada air. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka disana beserta geribah yang di dalamnya terdapat kurma serta bejana kulit yang berisi air.

Setelah itu Nabi Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata,
“Wahai Ibrahim, kemana engkau hendak pergi, apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun?”

Pertanyaan itu diucapkan berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata kepadanya: “Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”

“Ya.” Jawab Nabi Ibrahim

“Kalau begitu kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali.
Ibrahim pun berangkat sehingga ketika telah jauh sampai di Tsamiyah, beliau pun menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan berdoa:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim [14] : 37)

Dan Hajar pun menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Sehingga ketika air yang ada dalam bejana sudah habis, maka ia dan puteranya pun merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya merengek-rengek. Kemudian ia pergi dan tidak tega melihat anaknya tersebut. Maka ia mendapatkan Shafa merupakan bukit yang terdekat dengannya. Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadap lembah sembari melihat-lihat adakah orang di sana, tetapi ia tidak mendapatkan seorang pun di sana.

Setelah itu ia turun kembali dari Shafa dengan susah payah sehingga sampai di lembah. Lalu ia mendatangi bukit Marwah lalu berdiri di sana seraya melihat-lihat adakah orang di sana. Namun ia tidak mendapatkan seorang pun di sana. Ia lakukan itu – berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah – sebanyak tujuh kali. Hingga kejadian ini menjadi salah satu rukun Ibadah Umrah yang namanya Sa’i. Atau berlari-lari kecil antara bukti Safa dan Marwah.

Setelah mendekati Marwah ia mendengar sebuah suara. Ia pun berkata, “Diam!” Maksudnya untuk dirinya sendiri. Kemudian ia berusaha mendengar lagi hingga ia pun mendengarnya.

“Engkau telah memperdengarkan. Adakah engkau dapat menolong?”

Sumber: