Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM RI Ajak Masyarakat Menjadi Agen Perubahan untuk Cegah dan Atasi Obesitas

Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM RI Ajak Masyarakat Menjadi Agen Perubahan untuk Cegah dan Atasi Obesitas

Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM RI Ajak Masyarakat Menjadi Agen Perubahan untuk Cegah dan Atasi Obesitas-Ist-

JEKTVNEWS.COM - Dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia 2024, Nutrifood, bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) mengedukasi masyarakat tentang pentingnya batasi konsumsi gula, garam, dan lemak (#BatasiGGL) dan memahami cara baca label kemasan. Dalam edukasi ini, Nutrifood, Kemenkes dan Badan POM RI juga mengajak masyarakat untuk menjadi agen perubahan (agent of change) dengan menyebarkan informasi seluas mungkin terkait cara cerdas pilih makanan yang rendah GGL melalui konten edukatif di media sosial untuk cegah dan atasi Obesitas.

BACA JUGA:Di Ibukota Negara, Pembangunan Tanggul Sepanjang 14,45 km 

Susana, selaku  Head of Strategic Marketing Nutrifood mengatakan, "Sebagai salah satu upaya penanggulangan isu obesitas di Indonesia, Nutrifood telah memimpin kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013.

Sejalan dengan tema Hari Obesitas Sedunia tahun ini, dimana World Obesity Federation memberi kebebasan untuk mengangkat topik obesitas dari berbagai perspektif, Nutrifood pun memilih topik "Menjadi Agen Perubahan" untuk menginspirasi setiap orang agar menyebarkan edukasi pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya," ujar Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI mengatakan, “Obesitas merupakan masalah global yang berdampak pada 2 milyar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan dari 10,5% di tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018, sehingga Obesitas saat digolongkan sebagai penyakit yang perlu diintervensi secara komprehensif.”

Dr. Eva melanjutkan, “Sebagai upaya untuk menanggulangi kasus Obesitas di Indonesia, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang Pencantuman Informasi Gula, Garam, dan Lemak di Pangan Olahan dan Siap Saji, serta melakukan edukasi tentang pentingnya aturan ini.

Melalui transformasi kesehatan, kami juga telah menganjurkan masyarakat untuk melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan, serta memahami risiko konsumsi gula, garam, dan lemak.

Saat ini kami juga fokus gerakan yang melibatkan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian obesitas sebagai faktor risiko PTM (GENTAS) dengan mengupayakan agar masyarakat indonesia melakukan CERDIK yaitu Cek kesehatan secara teratur minimal 1 tahun sekali dengan deteksi penyakit prioritas, Enyahkan asap rokok, Rajin olahraga minimal 30 menit setiap hari, Diet yang seimbang dengan menakar pola makan isi piringku, Istirahat yang cukup dan Kelola stres dengan baik.

Dengan menerapkan pola CERDIK ini maka kita mengupayakan masyarakat indonesia yang sehat dan cerdas.”

“Tentunya upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pelaku sektor swasta dan masyarakat sangat diperlukan guna pencegahan dan penanganan Obesitas yang lebih efektif. Selain itu, penting juga bagi masing-masing individu untuk menyebarkan edukasi ini seluas mungkin melalui berbagai platform.,” jelas Dr. Eva.Putri MJ selaku Ahli Gizi dan Content Creator mengatakan, “Obesitas menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, kanker, hipertensi dan penyakit metabolik maupun non metabolik lainnya serta berkontribusi pada penyebab 

kematian akibat penyakit kardiovaskular (5,87% dari total kematian), penyakit diabetes dan ginjal (1,84% dari total kematian).1 Mencegah Obesitas adalah kunci. Mulailah dengan memastikan tidur cukup minimal 7 jam sehari, latihan fisik BBTT (Baik, Benar, Terukur, Teratur), memastikan nutrisi yang seimbang, serta memahami batasan konsumsi GGL dan cara cerdas membaca label kemasan.”

Pratiwi Yuniarti Martoyo selaku Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, Badan POM RI menjelaskan pentingnya menerapkan prinsip Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari Penyakit Tidak Menular (PTM). “Prinsip gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Untuk memastikan makanan yang kita konsumsi bergizi seimbang, makanlah sesuai dengan prinsip isi piringku dan membaca label gizi untuk menentukan pilihan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Label gizi pangan olahan yang telah diatur oleh BPOM antara lain Informasi Nilai Gizi (ING), Front-of-Packed Nutrition Labelling, pesan kesehatan dan klaim terkait gula, garam dan lemak.”

Sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI, idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).

Sumber: